Senin 05 Jul 2010 05:29 WIB

Buenos Aires Mendadak Jadi Kota Mati

kota Buenos Aires
Foto: community nomadsland.com
kota Buenos Aires

 

REPUBLIKA.CO.ID,BUENOS AIRES--Awan gelap tengah menyelimuti ibu kota Argentina, Buenos Aires. Kota yang sehari sebelumnya diselimuti awan cerah, kini berubah 180 derajat. Itulah gambaran yang tengah terjadi di Buenos Aires, menyusul tersingkirnya tim Tango dari Piala Dunia 2010. Buenos Aires saat ini bisa diibaratkan seperti kota mati.

"Buenos Aires benar-benar sepi dan lengang. Kesedihan mendalam ini kemungkinan akan berlangsung hingga berminggu-minggu," kata Walter Valdez, pendukung tim Tango, seperti dikutip BBC, selepas kekalahan 4-0 Argentina dari Jerman di Stadion Green Point, Cape Town, Afrika Selatan.

Awan gelap Buenos Aires, lanjut Valdez, terkesan cepat sekali menyelimuti Buenos Aires. Pasalnya, sehari sebelumnya ketika warga Argentina mengetahui bahwa Brazil tersingkir, suasana gegap gempita meramaikan ibu kota Argentina ini. Para pendukung La Albiceleste, julukan tim Argentina, tertawa bahagia di atas kesedihan warga Brazil. Mereka bahagia lantaran rival abadi mereka harus angkat koper dari Afrika Selatan.

Sayangnya, kebahagian Valdez dan warga Argentina harus berubah tangisan setelah Lionel Messi dan kawan-kawan harus mengikuti jejak Robinho cs. Valdez pun berharap secangkir teh hangat dapat mengobati kesedihannya dan menguatkan hatinya. Kini, ia dan warga Argentina lainnya berharap Uruguay, sebagai satu-satunya wakil Amerika Latin, dapat mengobati kesedihan mereka.

"Sekarang kami (warga Argentina) menaruh harapan besar kepada mereka (Uruguay). Kami harap sebagai wakil Amerika Latin yang tersisa, mereka bisa menjuarai piala dunia," harap Valdez.

Jadi Pendiam

Publik Buenos Aires memang berubah menjadi pendiam selepas kekalahan menyakitkan ini. Ribuan pendukung Argentina tak bisa berkata apa-apa melihat tim kesayangannya tersingkir. Mereka yang tadinya semangat mendukung Carloz Tevez cs di Plaza San Martin, terpaksa gigit jari.

Padahal, para pendukung Gonzalo Higuain cs itu sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk kemenangan Tango. Mulai dari mengecat wajah dengan gambar bendera Argentina, tubuh berbalut kostum dan atribut serba putih biru, vuvuzela versi Argentina, hingga replika trofi piala dunia.

Semua persiapan untuk menyambut kemenangan Argentina itu pun seakan sia-sia. Mereka hanya tertunduk lesu dengan wajah muram berhujan air mata. Semua pendukung La Albiceleste yang berada di pelataran Obelisk of Buenos Aires pun serupa. Layar raksasa yang menayangkan kekalahan Argentina telah memilukan hati mereka.

Seakan sehati dengan para pendukungnya, Messi pun tak kuasa menahan air mata. Penyerang mungil itu menangis di pelukan Maradona selepas kekalahan. Sontak, Maradona pun tak kuasa melihat anak didiknya hujan air mata. Pelatih berjuluk 'si Tangan Tuhan' itu pun terlihat sedih dan hancur.

"Melihat Messi menangis di kamar ganti, siapapun yang mengatakan dia tak bangga mengenakan kostum (Argentina) adalah orang bodoh. Hari ini, di mana saya akan berulang tahun ke-50 pada 30 Oktober nanti, saya merasakan hal terberat dalam hidup. Apa yang terjadi sekarang, saya seperti terkena tinjuan Muhammad Ali. Saya tidak punya kekuatan lagi," ungkap Maradona seperti dikutip Reuters.

Melihat kekalahan timnya ini yang seakan menelan ludahnya sendiri, Maradona pun meragukan masa depannya. Ia pun mengisyaratkan untuk meletakkan jabatannya sebagai pelatih. "Saya mungkin mengundurkan diri besok. Saya berharap, siapa pun yang akan menangani tim ini setelah saya, saya berharap dia akan menerapkan pola menyerang. Tapi, saya harus berpikir dahulu tentang itu (masa depan). Termasuk juga berbicara dengan keluarga saya dan para pemain (Argentina). Banyak hal di sini," tukasnya. 

 

sumber : c08
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement