Senin 05 Jul 2010 20:02 WIB

Barak-Fayyad Bicarakan Hubungan Israel-Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Menteri pertahanan Israel akan menemui Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad, Senin, pertemuan pertama antara kedua politisi itu sejak Februari dan pertanda pertama kemajuan dalam pembicaraan tidak langsung yang ditengahi AS.

Pertemuan antara Ehud Barak dan Salam Fayyad itu dilakukan menjelang pembicaraan PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Barack Obama, yang ingin kedua belah pihak tersebut melangkah ke perundingan perdamaian langsung, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Kantor Barak mengatakan, Ahad, ia dan Fayyad akan membicarakan "berbagai masalah terkait dengan hubungan antara Israel dan Palestina". Kantor Barak tidak mengatakan di mana pertemuan itu akan berlangsung.

Utusan Obama untuk Timur Tengah George Mitchell telah menjadi penengah antara Israel dan Palestina sejak Mei dengan tujuan untuk membawa mereka ke meja yang sama guna memecahkan perbedaan mereka mengenai pembentukan negara Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza.

Pada Jumat, seorang penasehat Obama menolak kesan bahwa hanya sedikit kemajuan yang telah dibuat, dengan mengatakan "celah telah dipersempit" berkat penengahan Mitchell.

Jawaban Jelas Israel

Netanyahu menyatakan ia ingin melangkah ke pembicaraan langsung secepat mungkin. Beberapa pemimpin Palestina mengatakan pembicaraan itu belum membuat cukup kemajuan untuk membenarkan pembicaraan bertatap muka.

Mereka menegaskan, mereka menginginkan jawaban jelas dari Israel mengenai masalah perbatasan dan keamanan. Permintaan itu menentukan perbatasan negara Palestina pada masa depan -- termasuk tukar-menukar wilayah dengan Israel -- di sekitar batas yang ada sebelum perang 1967, saat Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Bagi Palestina, itu juga berarti tentara dan rintangan jalan Israel di Tepi Barat akan digantikan oleh pasukan internasional di sejumlah tempat penting. Masalah sulit lain adalah aktivitas permukiman Israel di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, yang Palestina inginkan sebagai ibukota pada masa depan.

Pada November lalu, Netanyahu mengumumkan penangguhan terbatas, 10 bulan dalam proyek-proyek permukiman di Tepi Barat. Pembekuan itu tidak termasuk di Jerusalem, tempat Israel menganggapnya sebagai ibu kotanya yang kekal dan tak dapat dibagi.

Netanyahu dan Obama mungkin akan membicarakan perpanjangan pembekuan 10 bulan melewati September bagi dimulainya lagi pembangunan perumahan baru di permukiman Yahudi di Tepi Barat.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement