REPUBLIKA.CO.ID,MITROVICA, KOSOVO-- Seorang pria bersenjata yang tidak dikenal menembak seorang anggota parlemen Kosovo etnik Serbia dalam satu insiden terbaru di kota Mitrovica, Kosovo utara yang terbagi dua, kata polisi, Senin. Ini adalah aksi kekerasan politik kedua di Mitrovica dalam pekan belakangan ini, yang menandakan ketegangan terus meningkat di bekas provinsi Serbia itu, yang etnik mayoritas Albania mengumumkan kemerdekaannya dari Beograd tahun 2008.
"Insiden itu terjadi pukul 08:20 waktu setempat (13:20 WIB) ketika Petar Miletic sedang meninggalkan rumahnya di Mitrovica utara untuk bekerja di Pristina," kata Egin Medic, wakil kepala kepolisian wilayah itu.
Ia mengatakan Miletic, salah sorang dari 10 anggota parlemen dari etnik Serbia dalam parlemen Kosovo yang memiliki 120 anggota, ditembak di kaki, dan cederanya tidak mengancam nyawanya.
Mitrovica tetap terbagi dua dipisahkan sungai Ibar antara etnik Albania di selatan dan etnik Serbia di utara.
Separuh dari 120.000 warga Serbia di Kosovo termasuk 20.000 orang di Mitrovica, tinggal di utara Ibar, yang dihubungi dengan Serbia melalui jalan darat. Mereka menolak berurusan dengan institusi-institusi Kosovo dan menganggap Beograd sebagai ibu kota mereka.
Presiden Serbia Boris Tadic akan menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York pekan ini untuk membicarakan situasi keamanan di Mitrovica, setelah seorang tewas akibat ledakan dalam satu aksi protes etnik Serbia, Jumat. Beograd kehilangan kekuasaan atas Kosovo tahun 1999 ketika pasukan NATO membom Serbia untuk mengakhiri pembunuhan terhadap etnik Albania oleh etnik Serbia dalam perang kontra pemberontakan dua tahun.
Kosovo mengumumkan kemerdekaan tahun 2008, tetapi Serbia meminta Pengadilan Internasional (ICJ) memutuskan legalitas tindakan itu. Keputusan itu diperkirakan akan diumumkan akhir Juli. Pada Mei lalu, pasukan perdamaian NATO dan polisi turun tangan untuk memisahkan ribuan warga Serbia dan Albania yang terlibat bentrok menyangkut pemilihan lokal yang diselenggarakan Beograd di wilayah utara. Sekitar 10.000 tentara perdamaian NATO bersama dengan polisi dan misi pengadilan Uni Eropa tetap berada di Kosovo menjaga perdamaian di wilayah itu.