REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden AS, Barack Obama, mengatakan masih ada harapan bagi perdamaian antara Israel dan Palestina. Namun, bukan berarti ia harus terburu-buru mewujudkan membantu proses perdamaian tersebut.
Dalam wawancara di sebuh televisi Israel yang direkam Rabu (7/7) , Obama mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk bersikap skeptis tentang untuk mengupayakan perdamaian. Namun, Obama mencatat bahwa banyak orang berpikir pendirian Israel itu mustahil. Sehingga, keberadaannya sebagai Presiden AS harus menjadi sumber harapan terwujudnya perdamaian itu.
Wawancara tersebut dilakukan saat pertemuan antara Obama dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. Kedua pemimpin itu menyatakan dukungan untuk meningkatkan perundingan tidak langsung antara Israel dan Palestina yang saat ini yang sedang ditangani oleh utusan perdamaian AS untuk Timur Tengah, George Mitchell.
Netanyahu mengatakan, Israel siap untuk mengambil langkah-langkah tambahan untuk mempermudah gerakan Palestina di Tepi Barat. Hal tersebut dilakukan dalam upaya membujuk Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk membicarakan perjanjian damai.
"Intinya, kami siap untuk melakukannya," ucap Netanyahu.
Menurutnya, apa yang ingin dilihat adalah satu hal, yaitu, dia ingin Presiden Abbas untuk memegang tangannya, duduk dan merundingkan penyelesaian akhir perdamaian antara Israel dan Palestina.