Jumat 16 Jul 2010 23:47 WIB

Kolombia Tuduh Venezuela Tampung Pemberontak Sayap Kiri

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA--Kolombia, Kamis (16/7) menuduh Venezuela "terus dan tetap mentoleransi" pemberontak sayap kiri yang melintas ke negara tetangga itu untuk mencari perlindungan. Itu adalah tuduhan langsung paling gamblang dari Bogota terhadap pemerintah Presiden Venezuela, Hugo Chavez, yang telah lama diduga para pengkritiknya mendukung gerakan pemberontak Kolombia.

Tuduhan itu mungkin akan kian meruncingkan hubungan bilateral yang telah ditegangkan oleh perjanjian Kolombia-AS, yakni pemberian akses tentara Amerika Serikat ke pangkalan-pangkalan Kolombia. Perjanjian itu disebut Chavez ebagai ancaman pada keamanan Venezuela.

Kolombia menyatakan ancaman terhadap pemberontak Marxis yang menggunakan Venezuela sebagai tempat perlindungan aman. "Alasan memburuknya hubungan antara Venezuela dan Kolombia adalah sikap yang terus mentoleransi kehadiran teroris di negara itu," kata Menteri Pertahanan, Gabriel Silva, pada wartawan.

Sejumlah pejabat Kolombia telah lama mengatakan secara pribadi bahwa anggota-anggota militer pemberontak seperti Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) dan Tentara Pembebasan Nasional (ELN) bermarkas di hutan di sisi perbatasan Venezuela.

Silva mengklaim memiliki bukti bahwa di antara pemberontak Kolombia di Venezuela ada Ivan Marquez, anggota sekretariat pemerintah FARC yang memiliki tujuh anggota. Mereka, tuding Silva, telah bertemu dengan sejumlah anggota lain kelompok itu di Venezuela sekurang-kurangnya Kamis pagi.

Perang gerilya di Kolombia yang sudah berlangsung beberapa dasawarsa sering meluber ke negara-negara yang berdekatan. Dua tahun lalu, pasukan Kolombia menyerang sebuah kamp FARC di Ekuador, menewaskan seorang pemimpin penting pemberontak itu.

Tuduhan Silva terhadap Venezuela, Kamis, berpotensi memperumit keinginan yang dinyatakakan oleh presiden Kolombia mendatang, Juan Manuel Santos, untuk meningkatkan hubungan dengan Venezuela dan Ekuador. Santos bulan depan akan menggantikan Presiden Alvaro Uribe yang telah menjabat dua masa jabatan.

Uribe adalah musuh Chavez yang mendasarkan karir politiknya dengan janji memerangi gerilyawan FARC. Pemberontak itu telah membunuh ayahnya beberapa dasawarsa lalu.

Chavez, yang menginginkan sosialisme menggantikan pengaruh AS di Amerika Selatan, mengakhiri perdagangan dengan Kolombia tahun lalu setelah negara itu membolehkan AS menggunakan pangkalan-pangkalan militernya untuk operasi anti-narkob AS.. Padahal perdangangan antara kedua negara total mencapai 7 miliar dolar.

Terhentinya perdagangan kedua negara dengan cepat memukul usaha lintas perbatasan, memperburuk kekurangan pasokan, meningkatkan inflasi yang telah tinggi di Venezuela. Sementara di lain pihak, penghentian memperlambat pemulihan ekonomi di Kolombia.

Kolombia adalah sekutu penting militer AS di Amerika Selatan. Negara itu telah menerima miliaran dolar bantuan AS untuk membantu memerangi FARC dan ELN--yang dibiayai dengan penculikan, pemerasan dan penyelundupan narkoba.

Chavez membantah tuduhan dari pengkritik bahwa ia telah membantu FARC, gerilyawan sayap kiri tertua di kawasan itu. Ia menyatakan klaim seperti itu merupakan bagian dari strategi Washington untuk mendiskreditkannya.

sumber : Ant/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement