REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Presiden Mesir, Husni Mubarak, menjadi tuan rumah bagi pemimpin Palestina dan Israel serta utusan perdamaian Amerika Serikat (AS) pada Ahad (18/7) dengan pembicaraan langsung sesuai agenda. Tetapi, terobosan perdamaian disinyalir masih tampak jauh.
Sementara, Mesir telah lama memainkan mediasi politik di Timur Tengah. Langkah tersebut tidak biasa bagi Kairo untuk menjadi tuan rumah pada hari yang sama. Diplomasi 'maju-mundur' menjadi salah satu strategi operasi tersebut.
Namun, tak satu pun pengunjung melihat indikasi yang lain. Bahkan janji bertemu selalu diundur dengan Mubarak, yang diapit Menteri Luar Negeri dan Perwira Tinggi Intelijen.
Utusan AS, George Mitchell, yang terkesan 'maju-mundur' menjadi pemain penting sejak empat bulan untuk memediasi pembicaraan secara tidak langsung. Namun ia hanya bicara satu jam dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, pekan lalu, kemudian langsung meninggalkan sang presiden tanpa menggubris wartawan yang ingin mewawancarainya.
Tak lama iring-iringan mobil yang berjendela serba putih mengawal Mitchell. Sementara iring-iringan mobil hitam gelap mengawal Presiden Mahmoud Abbas, yang bertemu Mitchell pada Sabtu lalu (17/7) di Ramallah.
Namun, setengah jam kemudian Abbas juga pergi dan tidak menanggapi pertanyaan wartawan. Perdana Menteri Israel, Benjami Netanyahu segera tiba setelah Abbas berangkat.
Kantor Berita Mesir, MENA, melaporkan bahwa perbincangan Mubarak dengan tiga orang yang fokus 'berusaha menciptakan kondisi untuk memajukan proses perdamaian dan mencapai solusi dua negara', itu tidaklah rumit.
Tidak terlambat
Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Aboul Gheit, mengatakan, kapada wartawan bahwa pertemuan ketiganya belum langsung ke arah perdamaian karena masih perlu waktu.
"Kami masih berharap bahwa kami dapat menjembatani kesenjangan ini, yakni kesenjangan antara pengamanan Israel dan perbatasan bagi Palestina,” kata Gheit.
"Mereka (orang Israel, red) mengklaim bahwa mereka bertekad menawarkan kesepakatan yang baik bagi Palestina,'' lanjut Gheit. Dia menambahkan bahwa Mesir telah mendorong AS untuk melakukan tatap muka terkait upaya perdamaian tersebut.
Ahad pagi, Netanyahu mengatakan kepada wartawan di Yarussalem, "Saya bermaksud untuk membahas dengan Presiden Mubarak cara untuk mempercepat proses memasuki negosiasi langsung dengan Palestina. Saya tahu bahwa Mesir tertarik dalam memajukan proses diplomatik seperti kami."