REPUBLIKA.CO.ID, WINA--Jumlah anak-anak yang memiliki risiko kematian akibat AIDS meningkat di Eropa Timur dan Asia, demikian dipaparkan badan dunia yang mengurusi anak-anak, UNICEF. Hal ini terjadi menyusul meluasnya penggunaan narkoba dan perdagangan seks yang memberi kontribusi terhadap epidemi HIV "bawah tanah".
Negara-negara Soviet, dari Baltik Rusia ke Tajikistan di Asia Tengah, dan bagian dari daerah Balkan menunjukkan tingkat infeksi HIV terus meningkat, menurut laporan UNICEF, yang dirilis pada konferensi internasional HIV/AIDS di Wina, Austria.
"Hari ini, anak-anak jalanan di wilayah ini sekarat karena AIDS dan penggunaan narkoba dengan cara yang sama seperti mereka meninggal karena kedinginan, kelaparan dan tipus di abad kedua puluh," tulis laporan itu.
Kasus HIV meningkat sebesar delapan persen di Rusia pada tahun 2009, sebesar 10 persen di Georgia dan sebesar 22 persen di Belarus, menurut angka yang dikeluarkan minggu lalu oleh Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Beberapa bagian dari Rusia telah mengalami peningkatan 700 persen pada tingkat infeksi sejak tahun 2006, UNICEF mengatakan.
Stigmatisasi dan diskriminasi sosial luas terkait juga memperburuk keadaan. "Ada keengganan untuk mengakui bahwa ada orang-orang muda dan anak-anak yang terlibat dalam perilaku," kata Ferencic Nina, salah satu peneliti.
UNICEF mengatakan bahwa anak-anak jalanan dan anak-anak dalam kemiskinan secara khusus berisiko dengan sepertiga dari kasus baru infeksi HIV mempengaruhi kelompok usia 15-24. Penelitian terbaru menunjukkan sampai 40 persen dari anak-anak tunawisma di kota St Petersburg Rusia telah terinfeksi virus ini.
Masalah anak jalanan telah meningkat sejak runtuhnya sistem Komunis, karenalembaga negara untuk anak yatim dan anak-anak terabaikan di awal 1990-an dan krisis ekonomi berikutnya Rusia, kata laporan itu. Sekitar 3,7 juta orang di wilayah ini diperkirakan menyuntikkan narkoba - seperempat dari total pengguna narkoba suntik dunia.
"Satu dari empat orang diperkirakan HIV positif. Banyak remaja rentan juga akhirnya bekerja dalam perdagangan seks, lebih lanjut mengungkapkan diri mereka dari resiko tertular HIV," tambah Nina.
Dalam Studi di St Petersburg, lebih dari setengah 319 peserta berusia 15-19 memiliki pengalaman penggunaan narkoba suntikan dan 96 persen aktif secara seksual dengan seperempat telah memiliki lebih dari enam mitra seksual per tahun.
Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake mengatakan bahwa otoritas diperlukan untuk membuat "layanan yang ramah dan tidak menghakimi" untuk menjawab kebutuhan remaja yang terpinggirkan.