REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Perdana Menteri Inggris David Cameron mencoba menghentikan "badai" yang mengganggu hubungan dua negara pasca-pembebasan terdakwa Tragedi Lockerbie. Kepala sejawatnya, Presiden Amerika Serikat Barrck Obama, ia menyatakan, "Dia harus mati di penjara."
PM Inggris terbang ke Amerika kemarin untuk pertama kalinya setelah menjabat dan mengadakan pertemuan Gedung Putih dengan Presiden Barack Obama. Tapi debut kunjungan ini dibayangi oleh terganggunya hubungan diplomatik atas pelepasan Abdelbaset al-Megrahi, pelaku pengeboman pesawat Pan Am tahun 1988.
AS menyatakan kemarahannya atas keputusan Skotlandia untuk membiarkan Megrahi kembali ke Libya atas dasar belas kasihan pada tahun 2009 - dari semestinya dipenjara seumur hidup. Ia didakwa membunuh 270 orang ketika dia meledakkan Pan Am dengan nomor penerbangan 103 di atas kota Lockerbie pada tahun 1988.
Megrahi diketahui menderita kanker terminal, tapi sekarang dokter percaya bahwa dia bisa hidup selama 10 tahun. AS bertekad untuk melakukan penyelidikan atas hal ini.
Cameron mengatakan, "Dia dinyatakan bersalah atas pembunuhan massal terbesar dan dalam pandangan saya dia seharusnya mati di penjara."
Cameron dan Obama menghabiskan waktu di Oval Office di Gedung Putih membahas berbagai topik persoalan, antara lain kasus Megrahi, pencemaran Teluk meksiko akibat bocornya kilang BP, Afghanistan, dan persoalan ekonomi. Keduanya akan mencoba untuk menentukan ketika Inggris dan pasukan AS dapat menarik diri dari Afghanistan dan upaya untuk memetakan suatu pemulihan ekonomi.