REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rencana pembangunan Rumah sakit (RS) Indonesia di Gaza terus memperlihatkan kemajuan. Rencananya, RS itu terletak di Bayt Lahiya, sebelah utara Gaza. Tempat ini dipilih karena lokasinya yang stategis berada di antara Jabaliya, Bayt Lahiya, dan Bayt Hanun.
Selain itu, tanah seluas sekitar 1 hektare yang merupakan wakaf dari PM Palestina Ismail Haniya sebagai bentuk dukungannya sudah tersedia. Presidium MER-C, Joserizal Jurnalis, RS Indonesia memiliki luas 60 x 60 meter dan terdiri dari dua lantai. ''Tipe RS ini adalah trauma center and rehabilitation atau bisa disebut juga rumah sakit perang,'' katanya di Jakarta, Senin (26/7).
Diperkirakan, RS ini bisa menampung 100 tempat tidur. Fasilitasnya pun mencakup ruang X-Ray, CT Scan, ICU, labolatorium, ruang operasi, hingga ruang fisioterapi. Ia mengatakan, ide pembangunan RS ini tercetus lebih dari satu tahun lalu. Ditandai dengan penandatanganan MoU antara tim MER-C yang mewakili rakyat Indonesia dengan Menteri Kesehatan Palestina di Gaza, dr Bassim Naim.
Beberapa pertemuan dengan pejabat di Gaza pasca-insiden Mavi Marmara menghasilkan dukungan untuk pembangunan RS ini. Tim MER-C itu terdiri dari enam relawan dan empat jurnalis yang berhasil menembus Gaza melalui perbatasan Rafah di Mesir. Joserizal mengatakan hingga saat ini dana yang terkumpul mencapai Rp13 miliar. ''Dana itu murni berasal dari dana publik,'' katanya.
Ditargetkan, RS ini bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun. Ia mengatakan, pemerintah Indonesia pun akan membantu. Sebab, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono telah berucap dihadapan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, di Istana Negara pada 29 Mei 2010. ''Pemerintah menyatakan akan membantu Rp 20 miliar untuk pembangunan RS Indonesia di Gaza,'' katanya.