REPUBLIKA.CO.ID,KABUL--Rakyat Afghanistan berunjuk rasa di ibu kota Kabul, Ahad (1/8), mengecam serangan brutal pasukan sekutu yang menyebabkan 52 warga di Afghanistan Selatan meninggal dunia. Lebih dari 200 orang berunjuk rasa untuk meminta pertanggungjawaban pasukan sekutu yang dipimpin Amerika Serikat itu atas kejadian pada 23 Juli 2010 di daerah Sangin, Propinsi Helmand.
Korban sipil itu terjadi setelah helikopter sekutu menembakkan roket ke sasaran yang diduga sebagai tempat persembunyian pasukan Taliban. Para pengunjun rasa meneriakkan yel-yel anti Amerika. Sambil membawa foto anak-anak yang menjadi korban serangan itu, mereka berterian, ''Mampu Amerika''.
Sebelumnya, Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk serangan terhadap warganya itu. Namun, sejauh ini, pasukan sekutu membantah telah membunuh warga tak berdosa. NATO berdalih, berdasarkan hasil penyelidikan yang telah dilakukan di lokasi kejadian, tak ditemukan bukti adanya korwab sipil salah sasaran tembakan roket pasukannya.
Juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF), Brigjen Josef Blotz, mengatakan pada 23 Juli memang terjadi pertempuran antara pasukan sekutu dengan kelompok Taliban dalam beberapa jam di dekat desa Regey. Dia mengklaim, enam sampai delapan anggota Taliban tewas dalam pertempuran itu. Dia mengakui sekitar satu sampai tiga warga ikut terbunuh secara tak sengaja. Namun korban warga yang terbunuh tidak sebanyak 52 orang sebagaimana dituduhkan Presiden Karzai.
Warga sipil yang menjadi korban serangan pasukan sekutu menjadi isu yang sensitif di Afghanistan. Kini kian banyak warga yang menyalahkan kehadiran pasukan sekutu karena dianggap menyulut perlawanan kelompok Taliban yang tak kunjung berhenti selama sembilan tahun terakhir.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa 2.412 warga tewas dalam perang pada 2009, membuatnya tahun paling mematikan bagi rakyat Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.