Selasa 03 Aug 2010 04:45 WIB

Nah Lho...Keabsahan Inggris di Afghanistan Digugat

Tentara Inggris di Afghanistan
Foto: RNW
Tentara Inggris di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Pejuang hak asasi Inggris meluncurkan upaya membawa pejabat pertahanan ke pengadilan atas tuduhan keterlibatan tentara negara itu dalam penembakan rakyat Afghanistan, kata laporan pada Senin. Puluhan ribu naskah rahasia tentara Amerika Serikat pada pekan lalu diterbitkan laman jagabaya WikiLeaks, yang merekam penembakan tidak biasa atas rakyat di Afghanistan melibatkan dua satuan tentara Inggris, kata koran "Guardian".

Phil Shiner, pengacara atas nama pegiat perdamaian Maya Evans, mengirim surat kepada Menteri Pertahanan Inggris Liam Fox pada akhir pekan lalu, mendesak Departemen Pertahanan melakukan penyelidikan seksama, kata koran Inggris itu. Pegiat itu menyatakan kematian akibat penembakan tersebut terungkap dalam arsip "perlu diselidiki, karena diduga kejahatan perang".

Naskah itu -yang pertama diungkapkan "Guardian", "New York Times" dan mingguan Jerman "Der Spiegel"- menyebut pembunuhan atas sedikit-dikitnya 26 warga," kata Shiner Fox. Pegiat itu menuntut pembukaan kemungkinan tinjauan hukum, tempat pengadilan memeriksa pelaksanaan kekuasaan umum, kata suratkabar tersebut. "Saya yakin, kami dapat membawa ini ke pengadilan," kata pengacara itu kepada "Guardian".

Kementerian Pertahanan tidak membantah ketepatan umum yang terungkap dalam kumpulan besar naskah bocor itu, namun pejabat tidak memberikan penjelasan atau memerintahkan penyelidikan umum. Naskah itu menyatakan jumlah warga tewas oleh pasukan Inggris kecil jika dibandingkan dengan yang diakui pasukan Amerika Serikat, dengan sebagian besar satuan Inggris hampir tidak muncul di laporan lapangan Amerika Serikat, kata "Guardian".

Tapi dua detasemen tentara Inggris muncul berulang kali, kata koran tersebut. Terdapat serangkaian empat penembakan warga tak berdosa di Kabul sekitar sebulan pada 2007, ketika Pengawal Coldstream masih baru di ibukota negara terkoyak perang itu. Pada 2008, naskah itu menyatakan satuan khusus Marinir menembak sopir dan pengendara sepeda motor dalam delapan kesempatan, karena berkendaraan terlalu dekat dengan iringan, selama enam bulan.

Anggota parlemen di London pada ahir Juli menyatakan akan mulai menyelidiki perang Afghanistan, mengkaji alasan pasukan Inggris tetap di sana sembilan tahun setelah serbuan dan apakah mereka berhasil. Panitia bentukan komisi pertahanan Majelis Rendah meminta bukti tertulis tentang "pembenaran kesertaan berkelanjutan" 10.000 tentara Inggris di persekutuan asing di Afghanistan.

Di tengah jajak pendapat menunjukkan kekurangan dukungan rakyat bagi tugas itu, anggota parlemen tersebut juga akan memeriksa "keberhasilan pemerintah dalam menyampaikannya kepada rakyat Inggris".

Perdana David Cameron menyeru pasukan tempur Inggris keluar dari Afghanistan pada 2015 dan anggota parlemen itu akan meneliti jadwal tersebut, selain keberhasilan dalam pelatihan pasukan Afghanistan, yang dapat membuatnya terjadi.

Selain itu, mereka akan menyelidiki masalah korban di kalangan rakyat Afghanistan dalam perang tersebut dan keberhasilan upaya pemantapan dan pembangunan kembali negara terkoyak perang itu. Dengar pendapat dijadwalkan dimulai pada akhir tahun ini, kata panitia itu. Parlemen mulai libur musim panas pada Selasa, namun kembali bersidang pada 6 September. Sebagian besar dari pasukan Inggris bermarkas di wilayah rawan Afganistan selatan dan 327 tentara negara itu tewas dalam gerakan tersebut sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement