REPUBLIKA.CO.ID,Mulai pekan ini, 'Harman' tak lagi hanya identik dengan perangkat audio kelas wahid. Ikon itu juga akan menjadi bagian dari majalah berita yang tenar di Amerika Serikat (AS) selama setengah abad terakhir, Newsweek.
The Washington Post Co, pemilik Newsweek, resmi melego majalahnya itu kepada pionir industri tata suara, Sidney Harman dengan nilai yang dirahasiakan. The Post memang tengah kesulitan dalam mengelola keuangan majalah legendaris itu.
"(Harman) telah setuju tidak hanya untuk melanjutkan keberlangsungan majalah berita kelas satu yang hidup dan menarik ini, tapi juga untuk newsweek.com," kata Chief Executive Officer The Post, Donald Graham, seperti dikutip CNN, Senin (2/8).
Graham mengatakan, mereka memilih Harman karena merasa dia memiliki pengertian yang sama mengenai pentingnya kualitas jurnalistik. "Dalam mencari pembeli Newsweek, kami menginginkan orang yang demikian. Sosok itu ada pada Sidney Harman," katanya.
Harman, kakek berusia 91 tahun, pendiri dan pemimpin pembuat alat audio Harman International Industries, menyebut grup media tertua di Washington itu sebagai 'harta karun bangsa'. Dia mengaku bersemangat menjalankan tugas jurnalistik dan bisnis yang menantang ini.
Namun, Harman menolak membeberkan caranya menanggulangi krisis finansial yang melanda Newsweek. "Tujuan saya adalah membuat majalah ini beroperasi dalam waktu yang wajar, dan itu akan berlangsung tahunan, bukan mingguan, menggunakan sumber daya sendiri," katanya.
Harman juga tidak berencana menghubah haluan Newsweek secara radikal. Tahun lalu, majalah tersebut baru saja menetapkan konsep baru yang menekankan kepada laporan panjang dan mendalam untuk dapat berkompetisi dengan The New Yorker dan The Economist.
The Post mengatakan, Harman berencana mempertahankan sebagian besar staf Newsweek yang jumlahnya sekitar 350 pekerja itu. Namun, belum apa-apa, redaktur pelaksana majalah yang terbit sejak 1961 itu, Jon Meacham, menyatakan dirinya akan lengser.
Bisnis media cetak di AS memang sedang dalam senjanya. Karena itu, sepertinya The Post pun mengobral murah Newsweek kepada Harman. Tahun lalu, Bloomberg LP membeli BusinessWeek hanya seharga beberapa juta dolar AS.
Harman bukanlah satu-satunya pengincar Newsweek. Sejumlah penawar lain seperti Fred Drasner, eks pemimpin U.S. News & World Report dan the New York Daily News, juga firma keuangan Avenue Capital Group, turut menyatakan minatnya.
Newsweek bergulat dengan masalah finansial belakangan ini. Kelesuan perekonomian AS ditambah ketatnya persaingan dengan media daring menyebabkan Newsweek babak belur. Tahun lalu, mereka rugi hampir 30 juta dolar AS.
Nilai saham Washington Post terdongkrak 99 sen ke level 434,88 dolar AS setelah akad jual beli Newsweek diumumkan. Dalam perdagangan reguler Senin lalu, saham Washington Post ditutup menguat 13,4 dolar AS atau 3,2 persen ke level 433,89 dolar AS per lembar.