REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI--Para penyelidik yang memeriksa ledakan di sebuah supertanker Jepang dekat Selat Hormuz pekan lalu menemukan sisa-sisa bom rakitan. Mereka menyatakan insiden tersebut sebagai "serangan teroris", kata kantor berita Uni Emirat Arab, Jumat (6/8).
Para awak kapal M.Star, panjang 333 meter itu, melaporkan, sebuah ledakan terjadi sesaat setelah tengah malam Rabu lalu, melukai seorang pelaut. Namun, ledakan itu tidak menimbulkan kebocoran minyak atau menghentikan perlayaran supertanker di perairan strategis itu.
"Satu pengujian dilakukan oleh tim-tim khusus membenarkan bahwa tanker itu menjadi subyek serangan teroris," kata kantor berita WAM, mengutip sumber pengawal pantai yang tidak disebut namanya. "Para pakar alat peledak UAE yang mengumpulkan dan mempelajari contoh-contoh temuan penyok di sisi kanan atas garis air dan sisa-sisa bahan peledak buatan di lambung", kata sumber itu.
Insiden tersebut memunculkan beberapa teori tentang penyebabnya, berkisar mulai dari gelombang besar sampai tabrakan dengan kapal selam nuklir AS. Dua hari sebelumnya satu kelompok garis keras yang punya kaitan dengan Al Qaida menyatakan akan menyerang pelayaran di perairan tersebut.
Sebagai garis batas antara Iran, Oman dan Uni Emirat Arab, Selat Hormuz yang sempit itu menjadi kawasan lalu lintas dari 40 persen pengangkutan minyak dunia. Selat tersebut dipatroli oleh kapal perang AS dan negara-negara lain.