REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Pemerintah Obama, Rabu mengemukakan kepada Kongres bahwa pihaknya berencana akan menjual kepada Kuwait rudal pencegat Patriot produksi versi terbaru Raytheon Co's untuk meningkatkan pertahanan terhadap ancaman rudal yang tidak terduga dari Iran. Kuwait sedang berusaha memilik sebanyak 209 pencegat GEM-T Patriot MIM-104E seharga sekitar 900 juta dolar, kata Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan Pentagon dalam satu pemberitahuan kepada para anggota Kongres.
"Kuwait memerlukan rudal-rudal ini untuk menghadapi ancaman-ancaman senjata udara ke darat musuh sekarang dan di masa depan," kata nota itu. Juga dikatakan Kuwait menggunakan kemampuan yang meningkat itu sebagai tindakan pencegahan terhadap ancaman-ancaman regional dan memperkuat pertahanan dalam negerinya.
GEM-T (Guidance Enhanced Missile-T) Patriot itu dirancang untuk menghadapi rudal musuh dan ancaman-ancaman udara, termasuk rudal-rudal balistik yang dapat diisi dengan kimia, nuklir atau senjata-senjata biologi. Pemberitahuan menyangkut rencana penjualan itu diperlukan undang-undang dan tidak berarti penjualan itu telah diputuskan. Kongres memiliki waktu 30 hari untuk membahas penjualan yang diusulkan itu.
Penjualan itu tidak akan mengubah perimbangan militer dasar di kawasan itu, kata nota itu.
Kenneth Katzman, seorang pakar Timur Tengah di Badan Riset Kongres, mengatakan penjualan yang diusulkan itu adalah bagian dari usaha AS untuk menghadapi kekuatan militer Iran yang meningkat "dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan Iran memiliki kemampuan nuklir." AS juga sedang meningkatkan kemampuan anti-rudal antara lain untuk Uni Emirat Arab dan Israel.
Kontraktor utama bagi pejualan GEM-T yang diusulkan kepada Kuwait itu adalah Waltham, Raytheon yang berpangkalan di Massachusetts, pembuat rudal terbesar dunia, kata Pentagon. Penjualan rudal itu akan membantu kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS dengan membantu meningkatkan keamanan satu sekutu penting non NATO, yang telah dan tetap menjadi kekuatan penting bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di Timur Tengah," kata Pentagon.