Selasa 17 Aug 2010 03:53 WIB

Sekjen PBB: Tak Pernah Saksikan yang Seburuk Banjir Pakistan

Banjir di Pakistan
Foto: Reuters
Banjir di Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD, PAKISTAN— Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon, mengungkapkan tak pernah melihat musibah banjir seburuk di Pakistan. Ban juga mendesak pedonor luar negeri untuk segera meningkatkan dan mempercepat bantuan kepada 20 juta penduduk yang menjadi korban banjir tersebut.

Komentar Ban itu muncul setelah mengamati langsung kondisi di lapangan akibat banjir yang terjadi lebih dari sepekan. Musibah itu menimbulkan keprihatinan komunitas internasional terkait kecemasan tiadanya tanda-tanda hujan akan mereda. Terlebih bencana itu dihadapi oleh negara yang tengah dilanda perang dengan Al Qaidah, militan Taliban ditambah pemerintahan yang lemah dan populer serta pengurangan bantuan ekonomi dari luar.

"Ini benar-benar meremukkan hati saya," ujar Ban, Ahad (15/8) setelah terbang bersama Presiden Asif Ali Zardari di atas kawasan yang paling parah dihantam banjir. "Saya tidak akan pernah bisa melupakan kerusakan dan penderitaan yang saya saksikan hari ini. Sebelumnya saya telah menyaksikan bencana alam di dunia, namun tak ada yang seperti ini," ujarnya.

Ban baru saja mengunjungi Myanmar setelah Topan Nargis menghancurkan negara itu pada Mei 2008, yang diperkirakan membunuh 138 ribu orang. Ia juga sempat terbang ke Sichuan, Cina, beberapa hari setelah gempa bumi menewaskan sekitar 90 ribu orang pada Maret di tahun yang sama.

Banjir tersebut dimulai lebih dari dua pekan lalu di kawasan berbukit, barat laut Pakistan. Kini banjir telah menyapu seperempat wilayah negara, terutama di jantung lahan pertanian. Jumlah korban meninggal diperkirakan sebesar 1.600 orang, mungkin relatif kecil bila dibanding korban bencana alam lain, namun skala banjir yang jumlah orang yang dipaksa mengungsi sangatlah masif.

PBB juga telah mengajukan anggaran awal sekitar 460 juta dolar (sekitar Rp4,2 triliun) sebagai bantuan. Tapi, sejauh ini hanya 20 persen yang telah diberikan.

Begitu banjir reda, milyaran dolar lebih akan dibutuhkan untuk pemulihan dan membuat para pengungsi kembali bekerja di negara miskin berpenduduk 170 juta jiwa itu. International Monetari Fund (IMF) telah memperingatkan bahwa banjir dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi dan mendongkrak inflasi.

sumber : MSNBC/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement