Rabu 18 Aug 2010 00:44 WIB

Warga Malaysia Terancam Disweeping?

Rep: EH Ismail/ Red: irf
Penjagaan perbatasan Indonesia-Malaysia di Entikong
Foto: ant
Penjagaan perbatasan Indonesia-Malaysia di Entikong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Insiden penembakan kapal Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Riau serta penangkapan tiga petugas DKP oleh aparat Polis Marin Malaysia (PMM) nampaknya akan berbuntut panjang. Sebuah lembaga swadaya masyarakat bernama Forum Studi Aksi Demokrasi (Fosad) mengancam akan melakukan sapu bersih (sweeping) terhadap warga Malaysia di Indonesia. Aksi sweeping bertujuan untuk membalas tindakan aparat PMM yang terjadi di wilayah teritori Indonesia.

Ketua Umum Fosad, Faisal Riza Rahmat, mengatakan, aksi petugas polisi laut Malaysia tersebut sudah tidak bisa lagi ditanggapi dengan kompromi oleh pemerintah. Sudah banyak peristiwa serupa yang dilakukan Malasyia yang melecehkan kedaulatan bangsa. Namun sejauh ini, tindakan Malaysia tersebut selalu tidak pernah diselesaikan sampai tuntas bahkan pemerintah cenderung terlalu kompromis.

“Sudah tidak ada lagi istilah negara serumpun atau negara tetangga. Kami akan balas aksi Malaysia dengan melakukan sweeping terhadap warga mereka di sini, baik yang sedang menempuh pendidikan atau urusan lain,” tegas Faisal Riza di Jakarta, Selasa (17/8). Menurut Faisal Riza, lembaganya tidak akan bertindak sama seperti pemerintah yang cenderung pasif dan selalu mengalah menghadapi ulah Malaysia yang melanggar teritori bangsa Indonesia. Padahal, Indonesia adalah bangsa yang besar dan merdeka serta mempunyai angkatan militer yang kuat untuk menjawab provokasi atau aksi konfrontasi bangsa lain.

Kata dia, aksi sweeping akan dilakukan Fosad di beberapa bandara di Indonesia antara lain di Jakarta, Surabaya, Bali, Medan, dan Makassar. Faisal Riza enggan memberitahukan kapan rencana aksi sweping tersebut dilaksanakan. “Dalam waktu dekat, kami sedang persiapan saat ini. Anggota Fosad tidak takut ditahan kalau dipersalahkan karena melakukan sweeping terhadap warga Malaysia.”

Dia menambahkan, peristiwa terakhir yang terjadi di perairan utara Pulau Bintan Jumat (13/8) lalu hanyalah puncak gunung es dari berbagai perlakuan buruk Malaysia terhadap Indonesia. Tak hanya soal pelanggaran teritori, Malaysia juga kerap melakukan kejahatan terhadap para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Negeri Jiran tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement