Ahad 22 Aug 2010 21:02 WIB

Apa Saja sih, Agenda Pembicaraan Damai Israel-Palestina?

Bendera Palestina
Foto: wordpress.com
Bendera Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Berita itu datang secara mengejutkan, kemarin. Jurubicara departemen luar negeri AS mengatakan, kesepakatan untuk memulai perundingan langsung antara Israel dan Palestina sudah hampir tercapai. Yang dimaksud adalah perundingan langsung mengenai perdamaian antara Israel dan Palestina, yang telah terputus selama 20 bulan.

Menurut informasi harian The New York Times, awal bulan depan PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas akan bertemu di Washington untuk mengadakan pembicaraan langsung. Supaya pembicaraan tidak terulur-ulur, kedua belah pihak bertekad untuk berhasil. Menurut laporan selanjutnya dari The New York Times, keduanya menetapkan untuk hanya bernegosiasi selama maksimal setahun.

Menurut laporan kantor berita AFP, tanggal 1 September Netanyahu dan Abbas akan mengadakan pembicaraan secara terpisah dengan Presiden Barack Obama. Sehari setelah itu, Netanyahu dan Abbas akan bertemu secara langsung. Pada pertemuan itu Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton juga akan hadir.

Selain berbicara dengan Netanyahu dan Abbas, tanggal 1 September Obama juga akan bertemu secara terpisah dengan Presiden Mesir, Hosni Mubarak dan Raja Yordania, Abdullah II. Kedua pemimpin negara itu telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel. Clinton mengatakan, keduanya memainkan peranan penting.

Inti perundingan antara Natanyahu dan Abbas mencakup beberapa hal penting, yaitu: perbatasan negara Palestina di masa depan, nasib pengungsi Palestina, jaminan keamanan bagi Israel dan status Yerusalem. Di samping itu, kebijakan pembangunan pemukiman Yahudi yang dijalankan Israel pasti akan didiskusikan.

Kebijakan Israel tersebut telah menyebabkan kemarahan besar Presiden Barack Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. Clinton menyebut langkah Israel penghinaan terhadap AS, ketika Israel mengumumkan mulainya pembangunan 1.600 rumah di daerah Arab di Yerusalem Timur tepat saat Wakil Presiden AS, Joe Biden mengadakan kunjungan pertamanya di Israel.

Tetapi sekarang Clinton mengarahkan pandangan ke depan dan mengumumkan pembicaraan langsung tentang Timur Tengah di Washington. Pembicaraan tersebut hanya dapat diadakan karena adanya tekanan besar dari pemerintahan Obama. AS sudah tidak mau menerima lagi tindak-tanduk Israel, yang secara tidak langsung membahayakan keamanannya.

"Kebijakan pemukiman Israel serta politik blokadenya meningkatkan ancaman serangan teror terhadap AS. Demikian isi pesan terakhir Obama bagi Netanyahu," demikian radio Deutche Welle jerman memberitakan.

sumber : DW/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement