REPUBLIKA.CO.ID, MANILA--Cina menuntut jawaban Filipina terkait penyanderaan 12 jam atas wisatawan asal Hong Kong di negara itu. Dalam kejadian itu, delapan orang wisatawan tewas dan 14 lainnya dalam kondisi luka dan trauma. Penyanderaan berakhir setelah polisi Filipina menyerbu dan menembak sang penyandera.
Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi mengatakan pemerintahnya 'ngeri' dan menelepon mitranya di Filipina Alberto Romulo untuk menyuarakan keprihatinan. Sementara itu, warga Hong Kong hari ini mengungkapkan kemarahan dan mengecam polisi Filipina sebagai tidak kompeten.
Kejadian bermuka saat bus yang ditumpangi wisatawan diberhentikan oleh mantan polisi bernama Rolando Mendoza, 55 tahun. Pria yang bersenjata senapan M-16 dan pistol ini kemudian menjadikan sopir bus dan penumpangnya sebagai sandera. Ia menuntut kepolisian Filipina yang memecatnya untuk mempekerjakannya kembali.
"Pemerintah Cina menuntut pemerintah Filipina memulai penyelidikan menyeluruh atas insiden ini dan menginformasikan sisi Cina rincian yang terkait secepatnya," Yang.
Di Konsulat Filipina di Hong Kong, bekas koloni Inggris yang kaya tapi tidak terbiasa dengan kekerasan, beberapa lusin pemrotes meneriakkan protesnya. "Sangat mengutuk pemerintah Filipina karena ceroboh tentang kehidupan manusia!" demikian teriak salah seorang pengunjuk rasa.
Polisi Filipina membela tindakan mereka, tapi berjanji untuk meninjau semua peristiwa yang menyebabkan kematian. "Akan ada audit internal. Kita akan melihat apakah apa yang kami lakukan adalah bena atau salah," kata jurubicara polisi, Agrimero Cruz kepada The Associated Press.