REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL--Kebencian bangsa Yahudi terhadap Adolf Hitler tampaknya harus ditinjau ulang. Sejumlah penelitian mengungkap kemungkinan dalam tubuh Hitler mengalir darah Yahudi dan Afrika Utara. Laporan majalah Knack dari Belgia yang dipublikasikan pekan ini menyimpulkan, hasil tes kode genetik (DNA) terhadap kerabat pemimpin Nazi itu menunjukkan adanya hubungan biologis Hitler dengan kelompok yang paling dibencinya selama Perang Dunia II itu.
Adalah Jean Paul Mulders, wartawan majalah Knack, dan Marc Vermeeren, seorang sejarawan, melakukan penelitian dengan memanfaatkan uji DNA terhadap 39 kerabat sang fuhrer awal tahun ini. Mulders dan Vermeeren telah mengungkapkan adanya puluhan warga Austria punya kekerabatan dengan Hitler. Mereka banyak tinggal di kawasan pedesaan Waldviertel, tempat tinggal dari ayah Hitler Alois, ibunya Klara, dan nenek Hitler, Maria Anna Schicklgruber.
Setelah Perang Dunia II, pemakaian nama Hitler menghilang dan kerabat diktator itu mengganti nama keluarga mereka. Beberapa orang di Waldviertel masih memakai nama yang mirip seperti Hiedler dan Huettler. Mulders berhasil meyakinkan kerabat Hitler untuk diambil sampel DNA dari saliva atau cairan mulut.
Beberapa orang yang diteliti termasuk petani Austria, Nobert H (kemungkinan nama samaran) yang terbilang masih sepupu Hitler. Uji DNA juga dilakukan terhadap Alexander Stuart Houston, cucu dari kemenakan perempuan Hitler yang tinggal di Long Island, Amerika Serikat. Untuk tiga kerabat Hitler yang tinggal di Long Island, Mulders mendapatkan sampel DNA dari jejak cairan mulut pada serbet makan.
Mulders harus menguntit Alexander Stuart Houston selama tujuh hari sampai dia menjatuhkan sesuatu yang menurut Mulders menuntunnya pada DNA Hitler. Uji DNA dilakukan dengan sangat hati-hati untuk memperoleh hasil yang tepat. Dari uji DNA kerabat Hitler itu didapatkan sebuah kromosom yang disebut haplogroup E1b1b (Y-DNA) yang dianggap jarang muncul pada populasi penduduk di Jerman, bahkan di daratan Eropa Barat sendiri. Haplogroup adalah kelompok kromosom yang merupakan identitas genetik yang menjadi `sidik jari genetis' untuk menentukan asal-usul populasi.
Haplogroup E1b1b yang dominan pada Hitler banyak ditemui pada 25 persen populasi orang Yunani dan Sisilia yang mendapatkan genetik itu dari Afrika Utara. Kemudian, 50-80 persen dari populasi Afrika Utara juga menyumbang haplogroup dominan pada Hitler, terutama yang banyak ditemui pada suku Berber di sepanjang Afrika Utara. Yang lebih mengejutkan, haplogroup dominan kedua pada Hitler ternyata juga banyak ditemui pada Yahudi, terutama kelompok Ashkenazi.
"Contoh seperti ini banyak terjadi di Maroko, Aljazair, Libya, dan Tunisia, termasuk kelompok Yahudi Ashkenazi dan Yahudi Sephardic," kata Vermeeren seperti dikutip surat kabar Inggris Daily Mail. Ashkenazi merupakan kelompok Yahudi terbesar yang berasal dari kawasan Eropa Timur. Sedangkan Sephardic merupakan kelompok Yahudi yang tersebar di kawasan Spanyol dan Prancis. Kelompok Yahudi minoritas yang tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara disebut Mizrahi.
Mulders menambahkan, satu hal yang harus diterima adalah Hitler masih memiliki hubungan dengan mereka yang dinilai memiliki `martabat lebih rendah' darinya. Kromosom haplogroup E1b1b memiliki kandungan sekitar 18-20 persen keturunan Ashkenazi dan 8,6-30 persen kromosom Y Sephardic. Kromosom ini paling banyak ditemui pada populasi warga Yahudi.
"Ini temuan yang sangat mengejutkan," kata Ronny Decorte, pakar genetik yang yakin Hitler masih keturunan Afrika Utara. "Sulit memberi tahu informasi ini kepada musuh Hitler maupun para pendukungnya," tambahnya saat diwawancarai majalah Knack.
Namun, kabar yang menyebutkan Hitler keturunan Yahudi bukanlah yang kali pertama. Ayahanda Hitler, Alois Hitler, merupakan anak hasil hubungan gelap Maria Anna Schickelgruber yang diduga dilakukan dengan pemuda Yahudi berusia 19 tahun bernama Frankenberber.
Kemenakan Hitler, Patrick, pernah mencoba untuk memeras pamannya soal isu asal-usul Alois. Untuk itu Hitler telah meminta pengacara Hans Frank untuk me lakukan penyelidikan. Hasil penyelidikan yang tanpa dasar itu disampaikan beberapa saat sebelum pecahnya Perang Dunia II.
"Hitler tidak akan senang bila mendengar soal ini," kata Decorte seperti dikutip harian Inggris Daily Mail, Selasa (24/8). Kemurnian ras adalah isu sentral dalam ajaran Nazi. Sikap acuh tak acuh Hitler atas asal-usulnya ternyata beralasan, karena dia sendiri ternyata bukan orang yang murni atau berdarah Arya. Hasil temuan itu juga memutarbalikkan fakta selama ini yang memperlihatkan kebencian Hitler terhadap bangsa Yahudi yang diwujudkannya dalam bentuk pembantaian atau Holocaust selama perang.
Namun, fakta paling kuat tentulah hasil uji DNA yang diambil dari sampel tubuh Hitler sendiri. Masalahnya, keberadaan tubuh Hitler ataupun sisanya masih misterius hingga kini.
Untuk itu, majalah Knack tempat Mulders bekerja akan mengajukan petisi kepada Pemerintah Rusia. Majalah berbahasa Flemish itu menginginkan akses pada sebuah tulang rahang tengkorak manusia dan kain bernoda darah yang selama ini diklaim Pemerintah Rusia diambil dari bunker persembunyian Hitler saat jatuhnya Berlin awal Mei 1945. Tulang rahang itu diyakini Pemerintah Rusia sebagai sisa Hitler yang mati bunuh diri di bunker-nya.
Masalahnya, tahun lalu seorang arkeolog AS Nick Bellantoni yang diberikan akses oleh Moskow untuk meneliti sisa tengkorak itu menyimpulkan bahwa tulang rahang dan sisa tengkorak yang disimpan Pemerintah Rusia selama ini bukan milik Hitler. Bahkan, bukan tulang tengkorak seorang laki-laki dan umurnya pun lebih muda.
"Tulang itu kelihatannya sangat tipis. Tulang laki-laki cenderung lebih tebal dan kuat. Ini milik seorang perempuan berumur 20-40 tahun," kata Bellantoni seperti dikutip tabloid Inggris The Sun, 29 September 2009 lalu. Tak bisa dipastikan apakah tulang itu milik Eva Braun, kekasih Hitler