REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE--Lima tentara yang didakwa membunuh penduduk sipil Afghanistan kini menghadapi tuduhan tambahan yakni konspirasi untuk melakukan pembunuhan berencana. Itu adalah plot yang diduga diawali ketika seorang tentara mendiskusikan bagaimana mudahnya melempar granat ke warga Afghanistan, demikian menurut laporang yang diturunkan Seattle Times, Rabu.
Lima tentara tadi telah divonis Juni lalu atas kejahatan pembunuhan terhadap tiga rakyat sipil Afghanistan di Provinsi Kandahar, tahun ini. Menurut berkas tuduhan yang baru dirilis angkatan darat (AD) Amerika Serikat, dakwan tambahan tentang konspirasi ditujuka kepada tentara tersebut. Sementara tujuh tentara lain telah divonis sebelumnya karena terlibat dalam konspirasi atau upaya menutup-nutupi perbuatan tersebut.
Dakwaan baru itu muncul usai penyelidikan dilakukan terhadap pembunuhan dan serangan brutal terhadap seorang prajurit wajib militer yang telah menginformasikan bahwa tentara merokok ganja. Informan itu melaporkan mendengar tentara-tentara itu membicarakan pembunuhan rakyat sipil.
AD kepada Associated Press, Rabu (25/8) mengatakan, mereka tengah memperbaiki dokumen yang berisi detail dakwaan dan berencana merilis dokumen tersebut pekan depan.
Sebagai bagian investigasi lebih lebr, penyelidik telah memeriksa teman-teman satu pleton sekaligus para terdakwa. Beberapa anggota pleton itu mengatakan kepada penyidik bahwa Sersan Staff AD, Calvin Gibbs mulai bercanda dengan tentara lain pada akhir Desember lalu betapa mudahnya melempar granat ke rakyat Afghanistan dan membunuh mereka. Salah satu tentara merespon itu sebagai ide bodoh dan yang lain meyakini Gibss setelah itu merasa "dirinya diluar pleton".
Akhirnya, Gibss membentuk sebuah tim yang disebut-sebut sebagai 'tim pembunuh' untuk mengeksekusi rakyat Afghanistan secara acak ketika bepatroli, demikian menurut dokumen investigasi. Tidak dijelaskan motif dibalik tindakan itu. Gibbss membantah terlibat dalam satu pun pembunuhan.
Tiga warga Afghanistan yang terbunuh semuanya ditembak. Pada tubuh dua orang korban bahkan terdapat tanda cabikan granat, membuktikan sebagai salah satu kasus kejahatan perang terburuk yang muncul di perang Afghanistan. Setiap orang yang berani melaporkan kejadian itu diancam dengan kekerasan, demikian ungkap penyelidik.
Gibss, 25, dari Billing, Montana; Jeremy Morlock, 22 tahun, dari Alaska, telah divonis pada Juni lalu atas keterlibatan pada tiga pembunuhan berencana dan satu serangan brutal. Kedua nama itu disebut sebagai dalang utama dalam kasus tersebut.
Sementara tiga tentara lain didakwa atas satu kejahatan pembunuhan berencana. Mereka adalah Andrew Holmes dari Idaho, Michael Wagnon dari Las Vegas dan Adam Winfield dari Cape Coral, Florida.