Sabtu 28 Aug 2010 22:01 WIB

Netanyahu Ingin Bertemu Abbas Tiap Dua Pekan

Presiden Palestina, Mahmud Abbas (kiri) dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (kanan)
Presiden Palestina, Mahmud Abbas (kiri) dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memimpin secara pribadi pembicaraan damai yang dimulai minggu depan dan berharap bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas setiap dua minggu, seorang pejabat senior mengatakan, Jumat (27/8).

Pejabat tersebut mengonfirmasi laporan media yang mengatakan Netanyahu menganggap vital perundingan tersebut. Ia meminta perundingan dilaksanakan antar para pemimpin dan serahasia mungkin.

Berbicara pada pertemuan bersama jajaran para menteri Kamis malam, perdana menteri yang keras itu mengatakan, "perundingan serius di Timur Tengah (membutuhkan) pembicaraan langsung, rahasia, dan berkelanjutan antar pemimpin mengenai berbagai persoalan penting," lapor koran berbahasa Inggris Jerusalem Post.

Ia mengatakan kepada para menteri harapannya untuk bertemu dengan Abbas setiap dua minggu guna membahas permasalahan utama yang kemudian akan diperluas oleh tim-tim perunding.

Laporan media mengatakan ia juga memberitahu jajaran menteri bahwa tim Israel akan dipimpin penanggungjawab masalah Palestina Yitzhak Molcho, kawan lama yang telah membantu sebagai penasehat serta utusan pada periode pertama Netanyahu sebagai perdana menteri pada 1990-an.

Menteri Luar Negeri, Avigdor Liemerman, ultranasionalis sengit yang menganggap sepi prospek perundingan baru, tidak termasuk dalam, delegasi Israel, sebut laporan pers. Menanggapi itu, Jurubicara Lieberman menolak berkomentar.

Para pejabat AS terlebih dahulu diberitahu mengenai usulan Netanyahu menjelang seremoni di Washington Kamis depan yang menandai dimulainya kembali pembicaraan.

KTT Kamis merupakan perundingan langsung pertama antara kedua belah pihak sejak Palestina memutuskan pembicaraan pada Desember 2008 menyusul serangan mematikan Israel ke Jalur Gaza. Kamis malam, veteran utusan Timur Tengah AS Dennis Ross tiba di Israel dalam rangka putaran final diplomasi bolak balik menjelang pertemuan Washington, kata radio angkatan darat.

Ia akan mencoba mempersempit perbedaan antara kedua belah pihak, khususnya menyangkut masa depan moratorium parsial Israel terkait pembangunan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki, di luar Jerusalem timur Arab yang dianeksasi, yang sedianya akan selesai pada 26 September.

Pemerintah Israel menghadapi tekanan berat di dalam negeri agar tidak memperbarui pembekuan atas izin pembangunan baru, sementara Abbas memperingatkan bahwa "jika Israel melanjutkan kembali aktivitas pemukiman, termasuk di Jerusalem timur, kami tidak akan melanjutkan perundingan."

Komunitas internasional menganggap pemukiman di Tepi Barat, termasuk Jerusalem timur, ilegal. Pemukiman itu ditinggali oleh sekitar 500.000 orang Israel.

Presiden Mesir Hosni Mubarak, dipastikan bertemu dengan rekannya dari Prancis Nicolas Sarkozy minggu depan dalam perjalanannya menuju KTT Washington, kata surat kabar utama Mesir Al-Ahram. Koran itu mengatakan, Mubarak dan Sarkozy akan mendiskusikan proses

damai Israel-Palestina.

Menlu Prancis Bernard Kouchner mengatakan Jumat Uni Eropa harus diwakili pada pembicaraan itu oleh ketua kebijakan luar negeri Catherine Ashton. "Akan memalukan jika tidak ada keterwakilan Eropa," katanya di Paris.

Kouchner menunjuk pada kenyataan bahwa negara-negara UE merupakan kontributor utama bantuan Palestina, namun mereka berkedudukan lebih rendah secara diplomatik di belakang Amerika Serikat. Uni Eropa adalah bagian dari kuartet Timur Tengah, bersama dengan Rusia, Perserikatan Bangsa Bangsa dan Amerika Serikat.

Raja Yordania Abdullah II sedianya juga akan mengikuti sesi inagurasi pembicaraan itu di Washington. Mesir dan Yordania hanyalah dua negara Arab yang telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement