REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG--Lambannya pemerintah Filipina menangani kasus pembajakan bus yang berakhir dengan melayangnya delapan warga Hong Kong makin membuat publik Hong Kong marah. Puluhan ribu orang bergabung dalam unjuk rasa di Hong Kong pada hari Ahad untuk menuntut keadilan bagi korban pertumpahan darah itu.
Unjuk rasa -- penyelenggara mengatakan diikuti 50 ribu orang -- akan menjadi simbol persatuan di antara pro Hong Kong-Beijing dan kelompok oposisi yang bersama-sama menggelar aksi. "Ini merupakan reli lintas partai. Tema utama adalah untuk menyatakan belasungkawa kami kepada mereka yang meninggal dalam tragedi ini dan menyerukan kepada pemerintah Filipina untuk melakukan investigasi, penuh adil dan independen, " kata Albert Ho, ketua Partai Demokrat kota Hong Kong.
Di sisi lain, masyarakat kota Filipina menyuarakan kekhawatiran atas keselamatan warganya di Hong Kong. Ada sebanyak 200 ribu warga Filipina tinggal di Hong Kong, sebagian besar bekerja sebagai pekerja rumah tangga.
Sebuah situs Facebook untuk mengenang korban pembajakan terus dibanjiri anggota baru. Mereka menghujankan kritik pada pemerintah Filipina dan menyamakan presiden Filipina, Benigno Aquino III dengan vampir. Laporan investigasi yang dibuatnya tidak meyakinkan, "kata anggota parlemen, Cheung Man Kwong.
Drama itu dimulai ketika mantan polisi yang merasa dipermalukan dengan pemecatannya, Rolando Mendoza, dengan senapan serbu membajak sebuah bus penuh wisatawan Hong Kong di Manila. Ia menuntut dipekerjakan kembali.
Delapan wisatawan dan pria bersenjata itu tewas dalam tahap akhir dari 12 penyanderaan. Drama pembajakan diakhiri dengan penyerbuan 200-an pasukan polisi atas bus itu.