Jumat 03 Sep 2010 06:32 WIB

Ini Toh Alasan Mengapa Israel Ogah Berdamai

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Tentara Israel
Tentara Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV--Heli dan Eli menjual kondominium milik mereka yang berlokasi di Exodus Street. Dari nama jalan saja sudah mencerminkan kerumitan yang terjadi di kawasan itu. Kerumitan kian menjadi ketika zionis Israel mencaploknya. Entah pemikiran apa di balik pencaplokan kawasan itu.

Mungkinkah karena latar panorama laut Asdod yang bisa dijadikan bisnis properti miliaran dolar atau pencaplokan itu dilakukan karena Israel tidak memiliki pemandangan seperti itu saat melalui fase diaspora. "Bahkan ketika Qas-sams jatuh ke tangan Israel, kami terus menjualnya. Apa yang masyarakat lihat di televisi tidaklah benar. Saya berhasil menjual 12 apartemen. Jika Anda bukan klien, saya akan mengatakan kepadamu fakta sebenarnya," ungkap Heli seperti dikutip dari Time versi Online, Kamis (2/9).

Sebenarnya apa yang terjadi dalam pekan? Tiga orang presiden, seorang raja, dan perdana menteri bertemu di Gedung Putih untuk kembali berbicara tentang perdamaian antara Israel dan Palestina. Hal yang terjadi adalah Israel tampak tidak lagi sibuk dengan masalah perdamaian. Mereka (Israel) tidak tidak terlibat, Israel hanya tahu bagaimana berbisnis dan menikmati guyuran sinar matahari di akhir musim panas. Dunia mungkin mendefinisikan Israel dengan pertumpahan darah dan pengusiran orang-orang arab dan persoalan ini bisa dinegosiasikan dan Israel bakal mengatakan mereka berencana pindah.

Coba tengok 2,5 tahun tanpa adanya pristiwa bom bunuh diri, pertumbuhan ekonomi yang kuat dan begitu lelahnya menghadapi Palestina, warga Israel tampak lebih senang mengeksplorasi kepuasan yang tersedia dari lingkungan privat atau lebih tepatnya disebut utopis. "Dengarkan saya, bicara perdamaian, lupakan saja. Mereka (Israel) tidak akan memberikan perdamaian. Ingat Clinton yang memberikan 99 persen untuk Arafat dan bukannya mereka berjuang untuk 1 persen, apakah itu intifadah," papar Eli Bengozi, Yahudi keturunan Georgia.

Tapi tunggu dulu, secara mendalam hampir dari setiap bagian dunia bertanya bukankah seharusnya Israel mencari perdamaian dengan Palestina guna mendapatkan jaminan kebahagiaan dan kesejahteraan. Sayangnya, itu tidak tepat. Sebuah survei yang dilakukan Maret lalu ihwal persoalan yang paling mendesak dihadapi Israel.

Hanya 8 persen warga Israel yang mengatakan konflik Palestina, sedangkan masalah lainnya adalah pendidikan, kejahatan, keamanan nasional dan kemiskinan. Sementara hal yang paling diharapkan adalah menempatkan perdamaian antara Arab-Israel.

Namun, sebagian besar warga Israel menilai pemanggilan Presiden Obama hanya untuk menanggapi kritik dunia terhadapnya.  "Masyarakatnya, tidak akan peduli. Warga Israel sangat berbeda. Mereka tidak peduli jika terjadi perang. Mereka tidak peduli akan terwujudnya perdamaian. Mereka tidak akan peduli karena mereka hidup di hari itu bukan besok," tutur Eli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement