REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Perundingan damai antara Palestina dengan Israel berpotensi gagal. Dan dipastikan kesimpulan yang dihasilkan merugikan negara Palestina. Sebab, menurut Pengamat Timur Tengah Voice Of Palestine (VOP), Musa Al-Kazim, berdasarkan pengalaman perundingan damai yang selama ini diupayakan, Israel tidak pernah membuat konsesi apapun.
“ Bahkan Israel secara jelas berani main mata dengan pihak Amerika Serikat.”ujar dia di sela-sela acara The Annual Al-Quds Day; Dunia Tanpa Zioniesme yang diselenggarakan oleh VOP, Jakarta, Kamis (2/9)
Musa menjelaskan, solusi perdamaian yang digulirkan acapkali tidak berpihak pada Palestina. Opsi yang digulirkan AS bahwasanya Palestina dan Israel hidup berdampingan sebagai dua negara independen (Dual State Solution) ternyata omong kosong.
Sebab, faktanya komponen terpenting sebuah negara seperti wilayah yang berdaulat telah dikuasai Israel. Sejak tahun 1946 hingga 2000 hampir 90 persen wilayah Palestina direbut negara Zionis itu. Wilayah yang tersisa antara lain Gaza, Tepi Barat, dan Ramallah.
Musa melanjutkan, opsi peleburan Palestina-Israel ke dalam satu negara single state solution sebagaimana yang diusulkan oleh faksi perlawanan antara lain Al-Qassam dan Jubhah Sya’biyah mustahil diterima Israel.
Sebab, referendum kelak pasti akan memilih rakyat Palestina sebagai pemimpin yang berhak atas negara peleburan tersebut. Demikian halnya dengan opsi Al-Fattah tentang pengembalian tanah palestina dengan batas wilayah yang berlaku pada tahun 1967.”Tapi jelas tidak mungkin, sebagian besar Ramallah telak dibangun pemukiman Yahudi,”ungkap dia.
Oleh karena itu, tutur Musa, solusi tepat adalah menghapus penjajahan Israel terhadap Palestina. Prinsipnya sesuai semangat yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan tak terkecuali di Tanah Palestina.
Musa optimistik,selama ada solidaritas yang kuat dari syarakat sipil dunia internasional maka Israel bias dikalahkan.”Boikot produk Israel karena cukup efektif pengaruhi ekonomi Israel terutama perusahaan besar di Eropa,”ungkap dia.