REPUBLIKA.CO.ID,Dunia memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri setiap tahunnya pada tanggal 10 September. Peringatan tahun ini bertujuan untuk memusatkan perhatian pada perbedaan antara orang-orang yang bunuh diri dan situasi-situasi mereka hadapi di seluruh dunia.
Para penyelenggara Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia mengatakan semua orang memiliki persamaan. Mereka perlu merasa saling berhubungan dengan yang lainnya demi kesehatan mental yang baik. Para penyelenggara peringatan ini termasuk Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri (IASP) dan Organisasi Kesehatan Internasional (WHO).
Menurut WHO, setiap tahun sekitar satu juta orang melakukan bunuh diri. WHO juga mengatakan bunuh diri merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian di antara orang yang berusia 15 sampai 44 tahun. Di antara mereka yang berusia 10–24 tahun, bunuh diri merupakan penyebab utama kematian setelah kecelakaan di jalan raya.
Lanny Berman, Ketua IASP, mengatakan bahwa tingkat bunuh diri berbeda antarnegara, demikian pula dengan cara mereka melakukan bunuh diri. Akibatnya, kata Lanny Berman, upaya-upaya pencegahan harus sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan setempat.
“Cara-cara utama bunuh diri di negara-negara berkembang adalah menggunakan pestisida dan penggunaan obat secara berlebihan. Sudah ada upaya jelas untuk mengembangkan upaya-upaya pencegahan untuk mengurangi penggunaan pestisida, persediaan dan mempersulit cara memperoleh pestisida,” jelas Berman.
Berman mengatakan temuan-temuan dari kawasan-kawasan pertanian seperti Sri Lanka, India dan Tiongkok menunjukkan hasil baik. Mereka menunjukkan bahwa program-program itu membantu membatasi akses pada racun-racun ini.
Seringkali ada tanda-tanda peringatan jelas sebelum upaya bunuh diri. Larry Berman mengatakan, orang biasanya membicarakan keinginan tersebut sebelum mereka mencobanya. Tanda peringatan lainnya, katanya, adalah meningkatnya penggunaan obat-obatan atau alkohol secara mendadak. Tanda-tanda peringatan juga termasuk keputus-asaan atau merasa terjebak.
Berman mengatakan resiko bunuh lebih sulit dikenali pada anak-anak. Mereka umumnya lebih banyak berkomunikasi dengan anak-anak lain dari pada dengan orang dewasa.
Namun, anak-anak lainnya sering tidak memahami pesan-pesan tersebut. Akibatnya, menurut Berman ketika anak-anak mengatakan ingin bunuh diri, anak-anak lain jarang melaporkannya.