REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mau tahu apa ‘prestasi terbaik’ masyarakat Indonesia di antara negara-negara lain di dunia? Salah satu jawabannya adalah konsumsi beras.
Ya, masyarakat Indonesia berhasil meraih peringkat teratas atau nomor satu alias tertinggi di dunia untuk urusan konsumsi beras.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Achmad Suryana, mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statitistik (BPS) tahun 2009 lalu, konsumsi beras Indonesia sebesar 139 kilogram per kapita per tahun. Padahal, rata-rata konsumsi beras masyarakat dunia hanya 60 kilogram per kapita per tahun.
''Artinya masyarakat kita makan beras lebih dari dua kali lipat dari rata-rata konsumsi masyarakat dunia,'' ujar Achmad Suryana di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (16/9).
Suryana melanjutkan, tingginya konsumsi beras nasional lebih disebabkan faktor budaya, sugesti, dan persepsi masyarakat yang berpandangan tidak ada komoditas pangan lain yang bisa menggantikan beras.
''Kalau nggak makan beras, dianggapnya belum makan. Padahal beras bisa juga diganti dengan pangan lain,” imbuhnya.
Menurut Suryana, masyarakat Indonesia belum terwujud sebagai komunitas yang mempunyai keragaman pola konsumsi pangan. Konsumsi nasional masih didominasi komoditas kelompok padi-padian.
Dikatakan Suryana, keseragaman pola pangan nasional sebenarnya menyimpang bom waktu manakala terjadi gangguan serius terhadap produksi padi-padian. Hal ini pula yang menyebabkan komoditas beras mempunyai nilai politis yang tinggi.“Sekali ada gangguan, langsung terjadi instabilitas ekonomi dan politik,” jelasnya.
Karena itu, Suryana menyatakan, pemerintah saat ini sedang gencar melakukan upaya penganekaragaman konsumsi pangan menuju konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. “Kita perlu terus mengkampanyekan diversifikasi pangan,” ucapnya.
Menteri Pertanian (Mentan), Suswono, mengatakan, pemerintah sangat serius dalam mengkampanyekan diversifikasi pangan ke nonberas. Kementerian Pertanian secara khusus telah melakukan kesepakatan bersama (memorandum of understanding) dengan sejumlah lembaga masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras.
Menurut Suswono, keseriusan pemerintah juga tergambar dari sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang secara khusus mengamanahkan substitusi pangan nasional dalam Perpres Nomor 22 Tahun 2009.
Dalam perpres tersebut, presiden ingin ada kebijakan lintas sektoral yang mendukung upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
Sebenarnya, lanjut Mentan, Kementerian Pertanian sudah puluhan tahun melakukan kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan di Tanah Air. ''Namun hasilnya belum seperti yang diharapkan,'' keluhnya.
Dikatakan Mentan, mengubah jenis makanan konsumsi sebenarnya lebih pada aspek psikologis dibandingkan medis atau komposisi kandungan zat makanan. Orang Indonesia, kata Mentan, secara psikologis sudah terjebak dalam psikologi pikiran kalau makan itu berarti mengkonsumsi nasi. ''Jadi biar pun sudah makan jagung lima bonggol, tetap belum dianggap makan kecuali sudah ketemu nasi,'' tandasnya.
Tingkat Konsumsi Beras Dunia
Negara Konsumsi (kapita/tahun)
Indonesia 139 kilogram
Jepang 60 kilogram
Malaysia 80 kilogram
Thailand 70 kilogram
Brunei Darussalam 80 kilogram
Rata-rata Dunia 60 kilogram
Sumber: Kementerian Pertanian