REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Polisi anti-terorisme, yang bersiap siaga pada saat kunjungan Paus Benedictus ke ibukota Inggris, London, telah menangkap enam orang, Jumat (17/9) karena dicurigai "mempersiapkan serangan".
Polisi bergerak dengan cepat untuk melakukan penangkapan sebelum fajar atas lima pria yang bekerja sebagai pembersih jalan di daerah di London tengah, dekat gedung parlemen tempat paus itu kemudian berbicara.
Tersangka keenam ditangkap sekitar delapan jam kemudian. Tapi tidak jelas apakah ia bekerja pada perusahaan pembersihan yang sama yang dikontrak oleh daerah Westminster di dekat London.
Polisi, yang menyisir delapan rumah dan dua tempat usaha di London, telah meninjau kembali pengaturan keamanan setelah penangkapan-penangkapan itu, tapi memutuskan pengaturan itu masih "layak".
BBC melaporkan bahwa orang-orang itu memiliki "kemungkinan ancaman pada Paus", tapi polisi menolak mengkonfirmasi atau membantahnya. Vatikan mengatakan lawatan itu akan diteruskan seperti direncanakan dan bahwa Paus tetap tenang.
Paus telah mengunjungi parlemen Jumat, tempat ia bertemu dengan uskup besar Canterbury dan berpidato di hadapan para pemimpin Inggris.
Ratusan pemrotes di sepanjang rute menyebutnya sebagai "anti-Kristus" dan meneriakkan kata "memalukan" saat mereka memegang foto anak-anak yang disalahgunakan secara seksual oleh sejumlah pastur dalam skandal yang telah mengguncang gereja Katholik Roma di seluruh dunia.
Protes yang sama diadakan di sebuah universitas Katholik yang Paus kunjungi Jumat pagi.
Keenam pria yang tak disebutkan namanya itu, yang berusia antara 26 dan 50 tahun, ditangkap karena diduga "telah membuat perencanaan, persiapan atau aksi penghasutan terorisme", menurut pernyataan polisi.
Keamanan
Paus telah dilindungi dengan ketat selama empat hari kunjungannya ke Inggris, melakukan perjalanan dalam sebuah mobil tahan peluru yang dibuat menurut pesanan, serta dikelilingi oleh sejumlah pejabat keamanan.
Benedictus belum pernah menjadi sasaran serangan sebelumnya, tapi pendahulunya hampir tewas dalam upaya pembunuhan pada 1981 dan menjadi beberapa sasaran serangan lain.
Ketika Paus melakukan perjalanan ke luar Vatikan, ia dilindungi oleh pasukan polisi negara tuan-rumah ditambah satu kesatuan kecil dari sekitar 12 penjaga keamanan Vatikan.
Serangan teror di Inggris terakhir adalah pada Juli 2005, ketika empat pemuda Muslim Inggris menewaskan 52 orang dan melukai ratusan orang dengan meledakkan bom bunuh diri di tiga kereta bawah tanah dan sebuah bus.
"Kami percaya sepenuhnya pada polisi dan tidak ada rencana untuk mengubah program," kata paderi Federico Lombardi. Ia mengatakan Paus tenang dan akan meneruskan kunjungannya.
Beberapa ratus pemrotes telah meneriakkan slogan-slogan yang menentang Paus saat ia masuk ke Istana Lambeth untuk pembicaaan dengan Uskup Besar Canterbury Rowan Williams, pemimpin spiritual 80 juta komunitas Anglikan di seluruh dunia.
Williams dan paus, yang gerejanya terpisah pada 1534 dan sekarang terbagi karena masalah seperti pastur wanita dan uskup gay, membicarakan mengenai pentingnya keimanan dalam masyarakat dan sepakat bahwa Kekristenan hendaknya tidak dianggap sebagai ancaman pada kebebasan.
Kemudian Paus mengatakan kepada para pemimpin Inggris, termasuk empat bekas perdana menteri, bahwa agama harus menjadi "penyumbang penting" pada perdebatan nasional mengenai sejumlah masalah.
Dalam lawatan itu, Paus telah minta pada masyarakat Inggris untuk menyadari apa yang ia katakan sebagai "sekularisme agresif" yang berusaha untuk memarginalkan pendapat penganut agama.
Pada Kamis, Paus mengatakan pada wartawan yang naik pesawat dari Roma bahwa ia terkejut dengan apa yang ia katakan sebagai "perbuatan tak wajar" dari kependetaan dan mengakui bahwa gereja belum mewaspadai dengan cukup dan menentukan dalam menghadapi skandal itu.