REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN-- Puluhan ribu warga Jerman melakukan aksi demonstrasi dengan mendatangi kantor Kanselir Jerman, Angela Merkel, Sabtu (18/9). Mereka menuntut agar Merkel menghentikan recananya untuk memperpanjang masa operasional reaktor nuklir di negara itu yang mencapai 12 tahun ke depan.
Aksi unjuk rasa ini yang terbesar sejak bencana Chernobyl di Rusia pada 1986 silam. Menurut para demosntran, mereka yang melakukan aksi tersebut mencapai 100 ribu orang. Aksi demosntrasi itu akan digunakan kelompok oposisi untuk menekan koalisi pemerintahan sayap tengah dan kanan yang saat ini mengalami penurunan popularitas sejak berkuasa pada Oktober lalu. ''Belum ada demonstrasi anti nuklir terbesar selama ini sejak 1986,'' kata Jochen Stay.
Dalam aksi damai yang terjadi di kantor pemerintahan Jerman itu, para demonstran menggelar spanduk bertuliskan 'Bubarkan pemerintah sekarang.' Mereka juga mendesak Merkel untuk menempati janji yang pernah disampaikan mantan kanselir Jerman sebelumnya, Gerhard Schroeder yang pernah menyatakan akan menutup reaktor nuklir Jerman pada 2021.
Aksi anti nuklir di Jerman merebak setelah terjadi insiden Chernobyl yang terletak di Ukraina, bekas negara Uni Soviet tersebut. Insiden itu merupakan malapetaka nuklir terbesar di dunia karena telah memicu aksi demonstrasi besar-besaran di kota Nordheide, Jerman Barat saat itu. ''Anak saya lahir di musim semi dan dia mengalami cacat karena hampir buta dan memiliki masalah dengan tulang belakangnya,'' kata Karin Sager seorang pengunjuk rasa.
Menurut hasil survey, mayoritas rakyat Jerman menolak perpanjangan masa operasional reaktor nuklir Jerman. Merkel sendiri harus berupaya keras untuk mengatasi masalah itu bersama parlemen Jerman. Kelompok oposisi kiri Jerman yang dalam jajak pendapat lalu berhasil meraih 20 poin lebih banyak dari aliansi Merkel, menyatakan kesiapannya untuk membawa masalah itu ke meja hijau. Hal itu diperlukan untuk menghentikan perpanjangan operasional reaktor itu menjadi aturan yang memiliki kekuatan hukum tetap.
Kelompok oposisi juga akan mengelar sejumlah isu penting terkait kekuasaan pemerintahan koalisi Merkel yang kembali akan menghadapi cobaan dalam pemilu Maret mendatang di Baden Wuerttemmberg. ''Merkel tidak akan mendapat banyak dukungan atas kebijakannya selama ini. Demonstrasi seperti ini dapat digunakan untuk memobilisasi massa,'' kata Gero Neugebauer, pakar politik dari Free University, Berlin.
Selama ini negara bagian Baden Wuerttemmberg menjadi ajang pertarungan yang menentukan bagi pemerintahan Merkel yang kini memimpin partai Kristen Demokrat (CDU). Terutama sejak pecah aksi unjuk rasa yang menolak pembangunan kembali stasiun kereta di Stuttgart yang menghabiskan biaya hingga miliaran euro.
Kemarahan publik itu telah memicu kelompok hijau meraih dukungan suara cukup besar. Sekaligus membuka peluang dukungan bagi partai yang menolak beroperasinya reaktor nuklir di negara bagian berpenduduk 11 juta jiwa yang pendapatan ekonominya hampir menyamai Polandia tersebut.
''Saya dulu mendukung Merkel, tapi sekarang tidak. Banyak orang yang menolak perpanjangan reaktor nuklir itu. Politisi sekarang tidak memiliki kredibilitas,'' kata Juergen Kirschning seorang warga di Stuttgart.