Rabu 22 Sep 2010 20:51 WIB

Kuartet Desak Israel Lanjutkan Pembekuan Permukiman

Permukiman Yahudi \'Maaleh Adumim\' yang dibangun di di Tepi Barat, wilayah Palestina.
Foto: AP
Permukiman Yahudi \'Maaleh Adumim\' yang dibangun di di Tepi Barat, wilayah Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Kuartet Timur Tengah, Selasa, mendesak pemerintah Israel agar melanjutkan pembekuan pembangunan permukiman di wilayah Palestina. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memimpin pertemuan Kuartet, yang terdiri atas PBB, Uni Eropa, Rusia dan Amerika Serikat, di sisi pertemuan tingkat tinggi PBB mengenai sasaran anti-kemiskinan di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat.

Di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan itu, Kuartet Internasional menyatakan bahwa moratorium permukiman Israel yang patut dipuji dan dibentuk November lalu telah memiliki dampak positif dan mendesak agar kegiatan tersebut dilanjutkan. "Kuartet mengingatkan semua tindakan sepihak oleh pihak manapun termasuk kegiatan permukiman tak dapat mendahului penilaian terhadap hasil perundingan dan takkan diakui oleh masyarakat internasional," demikian antara lain isi pernyataan itu.

Pertemuan PBB tersebut dilakukan setelah Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Pemerintah Otonomi Palestina Mahmoud Abbas bertemu di Washington, awal September, dalam babak pertama pertemuan langsung.

Pertemuan telah beku dua tahun lalu, setelah Israel melancarkan serangan militer ke Jalur Gaza guna membalas serangan roket gerilyawan Palestina ke bagian selatan Israel. Palestina telah menyatakan mereka akan meninggalkan pembicaraan perdamaian kecuali pembekuan permukiman berlanjut. Namun pemerintah Israel telah keberatan untuk melakukan langkah itu sementara moratorium 10 bulan mengenai pembangunan permukiman akan berakhir pada 26 September.

Kelompok empat tersebut "mendorong semua pihak agar bekerja sama untuk menemukan cara memastikan perundingan berjalan terus dengan cara yang konstruktif dan mendesak masyarakat internasional agar mendukung semua upaya mereka", kata pernyataan tersebut.

Sementara itu, Kuartet mengeluarkan pengutukan "dengan istilah yang paling keras" mengenai serangan terhadap warga Palestina dan Israel "terutama pada 31 Agustus di dekat Al-Khalil (Hebron)". Serangan tersebut diduga dilakukan oleh Hamas.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement