REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Korea Utara Kamis mengumumkan perombakan pejabat tinggi hanya beberapa hari menjelang pertemuan penting partai komunis yang diperkirakan akan memuluskan jalan bagi peralihan kekuasaan dari Kim Jong-Il kepada putranya, Jong-Un.
Kang Sok-Ju, wakil pertama menteri luar negeri Korea Utara, telah dipilih untuk menduduki kursi wakil perdana menteri dalam kabinet, menurut Kantor Berita Sentral Korea (KCNA).
Kim Kye-Gwan, kepala utusan Pyongyang pada perundingan perlucutan nuklir enam negara, ditunjuk untuk mengisi jabatan Kang di kementerian luar negeri.
Pengumuman dikeluarkan pada saat Korea Utara mempersiapkan pertemuan politik terbesar selama beberapa dasawarsa, yang akan diselenggarakan Selasa depan.
Konferensi penting tersebut diperkirakan akan memuluskan jalan bagi pengalihan kekuasaan dari Kim Jong-Il kepada putra bungsunya, Jong-Un.
"Konferensi WPK (Partai Pekerja Utara) untuk memilih badan kepemimpinan tertingginya akan berlangsung di Pyongyang pada 28 September," kata KCNA.
Kantor berita itu melukiskan pertemuan yang jarang diadakan di ibukota Korea Utara itu sebagai pertemuan "bersejarah". Pyongyang sebelumnya menjadwalkan pertemuan itu pada awal September, tapi kemudian ditangguhkan tanpa penjelasan. Laporan Selasa itu adalah yang pertama menyebutkan tanggal pertemuan tersebut.
Lapran-laporan Korea Selatan mengatakan, Korea Utara telah memberi tahu badan-badan internasional bahwa pertemuan delegasi itu telah ditangguhkan karena kerusakan akibat banjir pada Agustus lalu dan topan yang menewaskan puluhan orang di negara itu.
Kim yang kini 68 tahun, menurut laporan telah mempercepat rencana pergantian kepemimpinan itu sejak ia menderita stroke pada Agustus 2008.
Beberapa pengamat mengatakan konferensi itu mungkin akan mempromosikan para pendukung peralihan dinastik itu. Kim mengambilalih kekuasaan dari ayahnya, Kim Il-Sung.
Mereka mengatakan, Jong-Un, yang diperkirakan berusia 27 tahun, mungkin telah diberi jabatan partai tingkat menengah. Kim dan Jong-Un belum lama melakukan lawatan ke China, sekutu dan pendukung setianya, dalam upaya untuk meminta restu bagi suksesi kspemimpinan di Korea Utara itu.