REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Seorang pakar dari Conservation Breeding Specialist Group Kathy Traylor-Holzer mengungkapkan bahwa kemurnian genetik Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) tertinggi ada di lembaga konservasi "ex-situ" Taman Safari Indonesia (TSI). Humas Taman Safari Indonesia Yulius H Suprihardo di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, menjelaskan kepada ANTARA, pernyataan Kathy Traylor-Holzer itu disampaikan pada acara "Global Species Management System" untuk Harimau Sumatera yang diselenggarakan di Royal Safari Garden Hotel.
GSMP merupakan sebuah program penyelamatan spesies yang dicetuskan oleh WAZA (World Association Zoo and Aquarium). Pada kegiatan itu, pakar Conservation Breeding Specialist Group (CBSG) tersebut mengatakan, dari lebih kurang 100 kebun binatang yang ada di Jepang, hanya empat kebun binatang saja yang memiliki Harimau Sumatera, itupun jumlahnya hanya tujuh ekor saja.
Sementara di region Eropa terdapat 104 ekor Harimau Sumatera, kemudian berturut-turut di Region Amerika Utara terdapat 69 ekor, Australia 51 ekor dan di kebun binatang Indonesia terdapat 96 ekor. Menurut Kathy Traylor-Holzer, Harimau Sumatera yang ada di Taman Safari Indonesia memiliki kemurnian genetik tertinggi yaitu mencapai 93,3 persen.
Di luar Indonesia, kata dia, kemurnian genetik untuk Harimau Sumatera tertinggi dipegang oleh region Amerika Utara yaitu sebesar 89,8 persen, selanjutnya Eropa dengan 86,9 persen, Australia 86,2 persen dan Jepang dengan 77,8 persen. Menurut dia, kemurnian genetik sangat diperlukan untuk melindungi keberadaan Harimau Sumatera di kebun binatang.
Ia mengatakan, kemurnian yang ingin dicapai adalah minimal mencapai angka 90 persen. "Jika keadaan ini dibiarkan saja, maka keberadaan Harimau Sumatera di kebun binatang seluruh dunia sangat terancam kepunahan. Untuk itu perlu diambil langkah dan program yang cepat serta tepat untuk mencegah penurunan kualitas genetik Harimau Sumatera di kebun binatang dunia," katanya.
Sementara itu, Koordinator Harimau Sumatera Drs Jansen Manansang, MSc, yang juga Presiden SEAZA (Asosiasi Kebun Binatang se-Asia Tenggara) menambahkan bahwa kemurnian genetik Harimau Sumatra yang dicapai oleh Taman Safari Indonesia dimungkinkan karena lembaga itu melakukan manajemen populasi Harimau Sumatra yang dilakukan secara ketat.
Ia mengatakan, setiap perkawinan oleh "studbook keeper" (pencatat silsilah) dicatat sehingga asal usul keturunannya jelas.Selain itu, kata dia, beberapa Harimau Sumatera yang berada Taman Safari Indonesia merupakan harimau hasil "rescue" yang awalnya merupakan harimau konflik.
Harimau-harimau tersebut kondisinya sudah tidak dapat lagi dilepasliarkan sehingga keberadaannya masih sangat berarti untuk menjaga kemurnian genetik Harimau Sumatera yang berada di penangkaran, katanya.
Ia menambahkan, Taman Safari Indonesia dengan senang hati membatu pemurnian genetik Harimau Sumatera yang ada di kebun binatang di seluruh dunia, tetapi harimau yang akan dikirim haruslah memenuhi perizinan yang diatur oleh perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Selain itu, Harimau Sumatera yang dikirim haruslah harimau yang berasal dari penangkaran bukan harimau yang langsung dari alam. Menurut dia, hendaknya bantuan pemurnian genetik ini dikemas dalam sebuah kerja sama antarkawasan atau kebun binatang sedunia, sehingga kebutuhan masing-masing kebun binatang dapat teridentifikasi dengan jelas.