REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI--Putera pemimpin Libya Moamar Gaddafi, Saif al-Islam Gaddafi menuduh pemerintah Libya toledor dalam menangani perpecahan dalam elite penguasa minyak di negara tersebut. Tuduhan itu diutarakan Saif saat mengunjungi paviliun Libya yang berada di World Expo International Exibition, Shanghai, Cina. Saif yang tidak memiliki jabatan apapun secara pribadi juga mengatakan pemerintah Libya gagal menarik manfaat dari perhelatan prestisius pebisnis dunia itu.
"Pemerintah Libya bahkan tidak perlu repot mengirim karyawan junior untuk menghadiri pameran itu. Ini menandakan Libya bukanlah negara," ketus Saif seperti dilansir alarabiya, Kamis (30/9). Dia mengklaim, jika bukan karena dukungan dirinya, Libya tidak akan berpartisipasi. "Libya gagal memberikan dukungan yang cukup untuk patisipasi sebuah negara". Saif juga mengkritik pemerintah Libya yang terbilang tidak 'niat, untuk berpartisipasi dalam hajatan internasional tersebut.
Seperti diberitakan, berbagai kalangan menilai Saif akan memberikan pengaruh berbeda pasca Moammar Gaddafi lengser. Pengamat bahkan optimistis, Saif akan menghilangkan sifat konservatif sang ayah untuk menjadikan Libya sebagai negara modern dan dekat dengan barat.
Meski tidak mengendalikan posisi strategis di Libya, pengaruh Saif sangat terasa, terutama yang menyangkut masalah negosiasi dengan dunia luar. Banyak analis mengatakan dia adalah kandidat paling mungkin untuk menjadi pemimpin Libya berikutnya. Akan tetapi untuk memuluskan langkahnya, dia harus mengamankan kelompok konservatif militer, pemerintah, dan badan intelijen.