Jumat 01 Oct 2010 18:40 WIB

Protes Reformasi Pasar Kerja, Pekerja Eropa Gelar Mogok Massal

Demonstrasi di Madrid, Spanyol.
Foto: AP
Demonstrasi di Madrid, Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID--Jutaan orang di Spanyol bergabung dalam aksi mogok massal, memprotes penyusutan anggaran bagi sektor publik. Protes juga dilancarkan terhadap reformasi di pasar kerja yang sudah menjadi undang-undang, yang bertujuan mempermudah perusahaan untuk mempekerjakan dan memecat pegawai.

Aksi mogok umum di Spanyol, yang pertama sejak tahun 2002, menyebabkan kekacauan transportasi umum di sejumlah kota. Di Madrid, banyak penerbangan dibatalkan, bis dan kereta bawah tanah tidak beroperasi, calon penumpang yang frustasi akhirnya memilih berjalan kaki. Serikat pekerja memuji aksi mogok sejak Rabu (29/9)sebagai keberhasilan.

Pemerintah berpendapat sebaliknya. Dampak aksi mogok tak seberapa dan efeknya terbatas, kata Menteri Tenaga kerja Celestino Corbacho dalam konferensi pers.

Koran-koran Spanyol hari Kamis (30/9) berkomentar, angka seimbang bagi serikat pekerja maupun pemerintah. Memang ada pemogokan, tapi tidak umum. Layanan publik berfungsi, industri lumpuh, kehidupan jalan terus.

Perdana Menteri Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero mengatakan. "Semua tahu bahwa saya tidak menginginkan aksi mogok, tapi saya menghormatinya, dan bahwa pemerintah bekerja guna menjamin hak untuk bekerja dan hak untuk mogok. Saya yakin bahwa serikat pekerja dan pengusaha wajib berkontribusi bagi dialog."

Aksi gabungan berlangsung di Brussel, Belgia, jantung Uni Eropa. Puluhan ribu pekerja dari 30 negara bergabung dalam pawai terbesar selama satu dekade terakhir di kota itu. Bis-bis berdatangan dari penjuru Eropa, mengangkut para pemrotes.

Ciobahu Ahgecih, seorang polisi Rumania mengatakan, ia duduk di bis dua hari dua malam untuk mengatakan pada Eropa bahwa pemangkasan anggaran harus dihentikan. Seperti jutaan pekerja sektor publik di penjuru Eropa, Ahgecih mengkuatirkan masa depannya. Pemotongan gaji  25 persen, pembekuan uang pensiun, dan ancaman kelebihan personil di kepolisian. Markus Machmik, yang datang bersama 100 pekerja tambang lainnya dari Jerman, mengatakan, Uni Eropa harus memperlambat langkah pemotongan.

Antara 50 ribu hingga 100 ribu orang ikut ambil bagian dalam arak-arakan yang melintasi separuh kota, melewati bank-bank dan toko-toko desainer yang dijaga ketat. Polisi mengatakan, 218 pengacau ditahan.

Aksi protes Rabu (29/9) merupakan yang terbesar di Brussel (29/09) sejak 2001.

Di Warsawa, Polandia, ribuan orang berpawai di luar gedung pusat pemerintah, menuntut jaminan tidak di-PHK dan kenaikan upah minum. Sambil meniup peluit, terompet dan mengibarkan berbagai bendera serikat pekerja, mereka juga memprotes usulan kenaikan pajak pertambahan nilai dan penyetopan upah sektor publik.

Aksi protes juga berlangsung di Portugal, Siprus, Serbia, Yunani, Italia, Latvia dan Belanda, menolak rencana pemotongan anggaran yang dipandang akan mengorbankan para pekerja sektor publik. 

sumber : AP/DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement