REPUBLIKA.CO.ID,YEREVAN--Gereja Apostolik Armenia mengecam tindakan ratusan anggota partai nasional di Turki yang menggelar sholat di reruntuhan sebuah katedral kuno Armenia yang terletak di timur Turki. Sholat yang dilakukan Jumat (1/10) lalu itu dipelopori Partai Aksi Nasionallis (MHP), kekuatan oposisi terbesar kedua di Turki.
''Langkah itu merupakan provokasi politik yang tak ada hubungannya dengan kegiatan spriritual atau kebebasan beragama atau hak-hak beragama,'' kecam Tahta Suci Etchmiadzin, Gereja Armenia, dalam sebuah pernyataan.
''Tahta Suci Etchmiadzin mengutuk tindakan tersebut karena menabur intoleransi dan kebencian terhadap Armenia,'' tambahnya.
Ketegangan antara Turki dan Armenia meningkat setelah kesepakatan bersejarah ditekan tahun lalu untuk membuka hubungan diplomatik dan wilayah perbatasan kedua negara, di tengah-tengah perasaan ketidakpercayaan. Armenia mengumumkan April lalu bahwa mereka telah menghentikan upaya ratifikasi terhadap perjanjian tersebut.
Sholat itu dilakukan di Katedral abad ke-11 yang kini terbengkalai di daerah Ani. Situs arkeologi itu tidak berpenghuni dan pernah menjadi bagian dari ibukota kerajaan Armenia pada abad pertengahan. Sebelumnya, pada 19 September, pemerintah Turki mengizinkan penggunaan katedral kuno yang terletak di Provinsi Van itu, untuk sebuah kegiatan keagamaan warga Kristen Armenia, sebagai pertanda niat baik untuk merajut kembali hubungan dengan Armenia.
Keputusan pemerintah Turki itu dinilai Armenia sebagai pertanda tumbuhnya toleransi beragama di negara berpenduduk mayoritas Islam tersebut. Namun Gereja Armenia memboikot upacara keagamaan itu dengan alasan pemerintah Turki gagal memasang salib di kubah katedral itu.
Setelah kegiatan ibadat umat Kristen Armenia itu, Partai Aksi Nasionalis Turki mendapat izin dari Departemen Kebudayaan untuk menggelar sholat di katedral yang pernah diubah menjadi sebuah Masjid oleh Sultan Seljuk Alp Arslan ketika dia menaklukkan daerah itu pada 1064.
''Saya pikir itu penting untuk setidaknya mengingat kembali masjid yang pernah dijadikan tempat sholat Sultan Alp Arslan ketika memasuki tanah ini,'' ujar Gurcan Dagdas, MHP Kars Deputy.