Senin 04 Oct 2010 23:36 WIB

Chavez Tunjuk Hidung AS di Balik Kudeta Ekuador

Hugo Chavez tengah berpidato
Foto: ROBERTAMSTERDAM.COM
Hugo Chavez tengah berpidato

REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS--Presiden Venezuela Hugo Chavez Ahad menuduh Amerika Serikat di balik kudeta yang gagal pada pekan ini terhadap timpalannya dari Ekuador, Presiden Rafael Correa. Chavez menyangkal laporan-laporan bahwa polisi frustasi karena tidak mendapatkan kenaikan gaji yang melawan sekutu politiknya itu di Quito Kamis (30/9), dan mengecam adanya 'kepentingan tersembunyi lainnya.'

"Washington membersihkan pedoman lama untuk kudeta, sehingga bisa menyingkirkan pemerintah yang menolak untuk menjadi bawahan untuk kepentingan itu," menurut tudingan Chavez.

Bandara internasional Quito dan badan legislatif kembali normal setelah diduduki singkat oleh pasukan pemberontak dalam bentrokan senjata sengit dan pertempuran jalanan yang menewaskan 10 orang, dan menyebabkan 272 lainnya cedera Kamis. Pemimpin Ekuador bersikeras pemberontakan adalah upaya kudeta sebelum penyelamatan dramatis atas Correa yang mendapat serangan gas air mata oleh kelompok militer dan polisi yang loyal dari sebuah rumah sakit di Quito, tempat terjadinya kerusuhan yang membuatnya bersembunyi selama setengah hari.

Correa mengecam para pendukung Lucio Gutierrez - seorang mantan kolonel angkatam bersenjata yang menjadi presiden dari 2003-2005 - atas terjadi kekacauan, yang disebutnya sebagai 'hari tersedih bagi seluruh pemerintah saya dan salah satu kejadian paling menyedihkan dalam hidup saya.' Correa, 47 tahun, telah menjalankan pemerintahan sejak 2007, kemudian dipilih kembali pada tahun lalu untuk periode kedua sebagai presiden negara Amerika Selatan berpenduduk 14,5 juta orang.

Ekuador memiliki sejarah penuh dengan pergolakan politik yang kejam. Tiga pendahulu Correa dari kurun 1996-2006, termasuk Guiterrez, ditumbangkan sebelum menyelesaikan masa jabatan mereka. Ekonom berpendidikan AS itu mengambil sikap keras terhadap investor asing, dan menolak untuk membayar sebagian utang luar negeri negaranya.

Namun dia disambut oleh para pendukungnya yang mengecam dampak-dampak krisis ekonomi berkaitan dengan liberalisme asing. AS dan sekutu regional lainnnya bergegas untuk menyuarakan dukungan terhadap presiden yang terkepung dan mendesak suasana tenang segera dipulihkan.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement