Rabu 06 Oct 2010 00:45 WIB

Deplu AS Bela Diri Soal Peringatan Perjalanan ke Eropa bagi Warganya

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: Siwi Tri Puji B
Aparat keamanan berjaga-jaga di Menara Eiffel, Paris, lokasi yang disebut-sebut menjadi incaran serangan teror.
Foto: Guardian
Aparat keamanan berjaga-jaga di Menara Eiffel, Paris, lokasi yang disebut-sebut menjadi incaran serangan teror.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Jurubicara Departemen Luar Negeri PJ Crowley mengatakan bahwa peringatan perjalanan (travel alert) yang dikeluarkan kemarin bukan tanpa dasar. Peringatan itu dikeluarkan menyusul adanya bukti kuat dari plot serangan terorisme. "Kami telah melacak informasi intelijen ini sekian lama, dan sekarang saat yang tepat untuk memberikan peringatan," tukasnya.

Meskipun demikian, ia tidak menyarankan orang-orang membatalkan perjalannya akibat serangan ini.

Sebelumnya, sejumlah negara di Eropa menyebut AS berlebihan dengan mengeluarkan travel alert (setingkat di bawah travel warning) bagi warganya. Bahkan lebih dari itu, sejumlah pemerintahan negara Eropa menyangsikan keshahihan laporan intilijen itu.

Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maizière bersikeras negaranya tidak memiliki bukti nyata dari serangan dalam waktu dekat. Ia mengatakan ia telah berbicara dengan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Janet Napolitano tentang saran perjalanan yang dikeluarkan AS dan bahwa hal itu tidak sesuai dengan penilaian Jerman atas situasi ini.

Dalam pidatonya bulan lalu, direktur jenderal Intelijen Ingris MI5 Jonathan Evans memperingatkan bahwa risiko serangan tidak pernah bisa sepenuhnya diberantas. Menurut dia pandangan yang secara umum tersebar di Amerika bahwa terorisme bisa diberantas adalah salah. Pandangan yang terlalu percaya diri itu menyebabkan munculnya anggapan bahwa terorisme dapat dicegah sebelum terjadi.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement