REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU--Polisi bersenjata menghalangi ribuan warga Tibet di pengasingan di Nepal untuk memberikan suara bagi pemerintahan baru di pengasingan dengan mengambil paksa kotak pemungutan suara, kata polisi dan aktivis. Saksi mata mengatakan polisi menyerang tiga tempat pemilihan suara secara
terpisah di ibu kota Nepal, Kathmandu, tempat tinggal bagi hampir sebagian besar 9.000 warga Tibet di pengasingan, saat pemilu diadakan pada Minggu (3/10) kemarin. "Tindakan ini jelas pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)," kata seorang warga tanpa mau disebut identitasnya. "Kami yakin semua orang seharusnya dibolehkan untuk memilih," tambahnya lagi.
Ribuan rakyat Tibet hidup di India, Bhutan, Nepal, Eropa, dan Amerika Serikat ikut dalam pemilihan pada Minggu, dalam pemilihan pendahuluan untuk memilih perdana menteri dan anggota parlemen baru di pengungsian. Kepala Polisi Kathmandu, Ramesh Kharel mengonfirmasi pengambilan paksa kotak suara dan mengatakan tindakan itu dilakukan untuk mencegah apa yang ia sebut sebagai 'pemilu ilegal'.
"Warga Tibet tinggal di pengasingan di Nepal. Hal itu berarti ilegal bagi mereka melakukan pemilu di sini, sehingga kami mengambil paksa kotak suaranya," katanya kepada AFP.
Nepal berbatasan langsung dengan Tibet dan menjadi tempat tinggal bagi sekitar 20.000 warga Tibet mulai datang pada 1959 saat kegagalan pemberontakan melawan China yang memaksa pemimpin spiritual mereka, Dalai Lama juga diasingkan. Namun pemerintah Nepal berada di bawah tekanan Beijing untuk melarang apa yang disebut aktivitas anti-China dan pemerintah telah mengatakan tidak akan memberi toleransi terhadap demonstrasi melawan pemerintah China di Tibet.
Mary Beth Markey, presiden kelompok penekan Kampanye Internasional untuk Tibet, mengkritik apa yang ia sebut sebagai 'intrusi yang tidak beralasan oleh polisi Nepal atas warga Tibet yang memperjuangkan hak demokrasi mereka untuk pemilu yang bebas dan adil.' "Untuk menghormati proses demokrasi, kotak suara yang diambil paksa itu harus dikembalikan ke komunitas Tibet di Nepal secepat mungkin," lanjutnya.
Putaran akhir pemilu akan dilangsungkan pada Maret dan diharapkan akan memilih anggota berusia lebih muda untuk parlemen Tibet di pengasingan. Warga Tibet yakin pemimpin generasi baru akan punya peran penting utamanya karena usia Dalai Lama sudah berusia 75 tahun. Ia pernah dirawat di rumah sakit dua kali dalam beberapa waktu terakhir dan ada kekhawatiran kematiannya dapat menimbulkan kehancuran kesatuan dan momentum pergerakan Tibet yang sudah bergantung sangat lama pada kepemimpinannya.