REPUBLIKA.CO.ID,Den HAAG--Pemimpin Partai Sosialis Belanda, Harry van Bommel, menyatakan partainya kecewa atas keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menunda kunjungan ke negerinya. Demikian ditulis surat kabar setempat, De Telegraaf, Rabu (6/10).
Van Bommel mengungkapkan, dia kecewa atas keputusan Yudhoyono karena ada hal-hal sensitif di antara kedua negara yang akan dibicarakan dalam kunjungan itu. Meski begitu dia memahami keputusan Presiden Yudhoyono karena lawatannya ke Belanda adalah memang bukan perjalanan biasa. ''Tidak, kami tahu beliau orang bijak,'' katanya mengomentari Presiden Yudhoyono setelah mengumumkan menunda kunjungan ke Belanda itu.
Van Bommel menyebut sejumlah masalah sensitif yang akan dibicarakan Yudhoyono dengan Belanda nanti, diantaranya soal Maluku dan Papua. Dia juga menyatakan, Indonesia dan Belanda akan membicarakan nasib para janda dan korban selamat dalam pembantaian Rawagede, Karawang, pada 1947 oleh tentara kolonial Belanda.
Dari sejumlah referensi, pembantaian Rawagede tahun 1947 adalah peristiwa pembantaian penduduk Kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, yang terletak antara Karawang dan Bekasi), oleh tentara Belanda pada 9 Desember 1947 sewaktu Agresi Pertama.
Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang dan pertempuran sengit pun kemudian berkobar di daerah antara Karawang dan Bekasi.
Pada 4 Oktober 1948, tentara Belanda melancarkan pembersihan di mana 431 warga Rawagede dibunuh tanpa alasan jelas. Peristiwa inilah yang menginspirasi Chairil Anwar membuat sajak, "Antara Karawang dan Bekasi."