REPUBLIKA.CO.ID,WINA--Wartawan yang tewas di Irak selama tahun ini lebih banyak dari jumlah 2009, kata pengamat pers IPI Selasa (5/10), dalam pernyataan yang dikutip AFP. Tahrim Kadhim Jawad, seorang kamerawan untuk saluran satelit al-Hurra, Senin (4/10) tewas ketika bom magnetik yang dilekatkan pada mobilnya meledak di kota Garma, 50 kilometer di barat ibu kota, kata polisi dekat Fallujah.
"Jawad adalah wartawan kelima yang dibunuh di Irak dalam tahun ini, dan wartawan ketiga yang tewas di sana dalam tempo kurang dari sebulan," kata Lembaga Pers Internasional (IPI) yang bermarkas di Wina. Sembilan orang lainnya tewas dalam kekerasan yang merajalela di negara itu pada hari yang sama.
Pada 2009, empat wartawan dibunuh di Irak, dibanding 14 pada tahun sebelumnya dan 42 wartawan pada 2007, kata IPI. "Sementara itu, jumlah itu kini tampak makin mendekati angka tertinggi selama perang, dan Irak hendaknya tak diperbolehkan untuk mundur ke belakang," kata manajer Kebebasan Pers IPI, Anthony Mills.
"Sebaliknya, pihak yang berwenang harus menjamin bahwa para pembunuh wartawan harus diseret ke pengadilan. Jika kebudayaan kebal-hukum diizinkan untuk melanjutkan hal itu, maka mungkin selanjutnya akan makin banyak pembunuhan terhadap wartawan," katanya menambahkan.
Sejauh tahun ini, Irak adalah negara keempat dalam catatan negara paling banyak wartawan tewas di dunia, setelah Meksiko, Honduras dan Pakistan. Antara 2003, ketika tentara yang dipimpin Amerika Serikat menyerbu Irak, sampai 2008, 167 wartawan tewas di negara itu, menurut catatan IPI.