REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY--Apa yang dilakukan Perdana Menteri Australia Julia Gillard tampaknya perlu diikuti oleh pemimpin di Indonesia. Sebab, ia menegaskan sedari awal usai dirinya menjadi orang nomor satu di Australia, tidak akan banyak melakkukan kunjungan alias pelesiran ke luar negeri menemui pemimpin negara di dunia.
Ia mengungkapkan bahwa kebijakan luar negeri bukanlah hal yang terlalu menarik baginya dan mengatakan bahwa ia lebih memilih berada di dalam kelas di Australia daripada bertemu dengan para pemimpin dunia dalam kunjungan perdananya ke luar negeri itu. Gillard yang menghadiri Asia-Europe Meetings di Brussel pada Senin (4/10), mengakui bahwa ia masih bekerja dengan caranya melalui sebuah agenda yang melibatkan Australia di perang Afghanistan dan konsekuensi dari krisis global.
"Saya baru saja berhadapan dengan hal itu, kebijakan luar negeri bukan minat utama saya. Hal itu bukanlah sesuatu yang saya ingin jalani selama hidup," katanya dalam wawancara dengan radio ABC Australia pada Selasa (5/10).
"Anda tahu, bahwa alasan saya terjun ke politik sebagian besar dipengaruhi karena ingin membuat perbedaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, terutama membuat perubahan tentang masalah pendidikan," ungkapnya. Gillard menambahkan, "Jadi jelas, bila saya memilliki pilihan mungkin saya lebih memilih untuk berada di sekolah sambil mengawasi anak-anak belajar di Australia daripada berada di pertemuan internasional Brussel."
Gillard menyisihkan Kevin Rudd yang berbahasa Mandarin, mantan diplomat yang dijuluki 'Kevin 747' karena keterlibatannya dalam dunia internasional, dalam revolusi internal partai mereka sebelum akhirnya kembali mempersatukan pemerintahan koalisi setelah pemilu Agustus lalu. Wanita kelahiran Wales dan dibesarkan di provinsi Adelaide itu mengakui lemahnya ia dalam bidang hubungan luar negeri jika dibandingkan dengan Rudd, yang diakui sebagai teman dekat oleh Presiden AS Barack Obama.
"Tetapi tentu saja dalam jabatan ini saya akan menjalankan tugas sebagai perdana menteri dan melaksanakan itu dengan penuh, termasuk hadir di Brussel dengan semangat membela kepentingan nasional Australia, dan itu yang akan saya lakukan," tegasnya.
Dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri sebagai perdana menteri, Gillard mengunjungi pasukan Australia di Afghanistan dan bertemu dengan Presiden FIFA Sepp Blatter di Zurich sebelum bertolak ke Brussel, tempat ia menyerukan perjanjian baru antara Eropa dan Australia. Komentar Gillard disambut oleh pemimpin oposisi Tony Abbot dengan sebuah seruan untuk permintaan maaf karena buruknya pemilihan kata Gillards, setelah Abbot mengatakan bahwa ia tidak menemani Gillard ke Afghanistan dengan alasan menghindari jetlag.