Kamis 07 Oct 2010 18:46 WIB

Operasikan Pesawat Tanpa Awak, AS Diejek Lakukan Perang Ala Robot

Drone, pesawat tanpa awak yang menjadi andalan AS dalam menggempur kubu teroris.
Foto: DPA
Drone, pesawat tanpa awak yang menjadi andalan AS dalam menggempur kubu teroris.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL--Pesawat tanpa awak yang dipersenjatai dengan roket menjadi senjata andalan Amerika Serikat dalam menumpas kelompok teror. Dalam lima minggu terakhir, telah dilancarkan 23 serangan.

Satu kali klik di perangkat komputer di kantor pusat CIA, cukup untuk menghancurleburkan apa yang diduga sebagai pusat Al Qaidah, ribuan kilometer jauhnya di kawasan perbatasan Pakistan-Afghanistan. Dan satu kali serangan udara, biasanya menewaskan puluhan orang.

"Ayolah, Anda mengenal baik situasi di Pakistan seperti saya," kata juru bicara Pentagon Geoff Morell, menanggapi pertanyaan wartawan Amerika Serikat, tentang bagaimana pemerintahan pimpinan Barack Obama ini menjustifikasi eksekusi dari udara yang diatur oleh negara.  

"Ada teroris, betul-betul ada, di Pakistan. Dan membasmi teroris itu dengan bantuan serangan udara, Pakistan juga berkepentingan untuk melakukannya," tegas Geoff Morell.

Pada akhirnya, bukan hanya rakyat di Amerika dan Eropa, tapi juga pemerintah di Islamabad yang terancam oleh para teroris ini. Dari sudut pandang Pentagon dan CIA, serangan udara Obama merupakan senjata paling tajam dan paling tepat dalam perang anti teror. Setahun lalu, pemimpin Taliban Pakistan Baitullah Mehsud berhasil ditewaskan dengan bantuan pesawat tempur Amerika.

Bukan hanya koran Wall Street Journal yang bersorak menyambut 'serangan yang sangat berhasil'. Menurut banyak media konservatif AS, serangan udara terhadap teroris internaisonal merupakan prestasi politik terkuat Presiden Obama. Pemerintahan Obama berhak mendapat penghargaan besar, tegas Bret Stephens dari Wall Street Journal.

Sementara ini para teroris sibuk menyelamatkan diri sendiri, akibat serangan udara yang permanen di Pakistan, Afghanistan, Yemen dan Somalia, kata Stephens. Hal itu sangat penting, karena di Al Qaida juga berlaku prinsip yang sama seperti di perusahaan: "Orang yang hebat adalah sumber daya yang hebat."

Serangan udara adalah senjata terbaik untuk menghadapi figur-figur pemimpin jaringan teror, demikian penasehat hukum Obama, Harald Koh, berkilah. Tuduhan organisasi HAM Amerika dibantah keras oleh Koh. Serangan udara terhadap teroris sama sekali bukan instrumen pembunuhan ilegal oleh negara. Bagaimanapun Amerika Serikat sedang berperang dengan teroris.

Negara yang berada dalam konflik bersenjata, boleh melancarkan serangan mematikan, kata penasehat hukum Obama, Harald Koh. Bahwa dalam 16 serangan tahun lalu, yang selain menewaskan Baitullah Mehsud, pemimpin taliban Pakistan juga merenggut nyawa 321 warga sipil, termasuk anak-anak, menurut pandangan pemerintahan Obama adalah dampak tak terelakkan dari sebuah perang.

Sesuai kehendak Presiden Obama dan Kementrian Pertahanan AS, Dinas Rahasia CIA akan terus menentukan, tersangka teroris mana di Pakistan yang masuk daftar sasaran serangan udara.

 "AS bergerak cepat memasuki perang ala robot," kata aktivis HAM Cathy Kelly yang mengorganisir demonstrasi di AS menentang perang udara Obama. Sebuah perang yang tak ada seorangpun yang bisa dimintai pertanggungjawaban, karene dilancarkan oleh dinas rahasia CIA.

sumber : Deutsche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement