REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Mungkin judul yang lebih tepat untuk laporan terbaru Dana Moneter Internasional IMF "World Economic Outlook“ yang dikeluarkan Rabu (06/10), adalah "Kembali Mencari Keseimbangan". Dalam laporannya IMF menyebutkan, bahwa pemulihan ekonomi di dunia berlangsung dengan tempo yang berbeda-beda. Misalnya di negara industri, pertumbuhannya berjalan sedang-sedang saja dan risiko terjadi kembali krisis cukup tinggi. Sedangkan beberapa negara berkembang mengalami pertumbuhan kuat.
Kepentingan utama para politisi pemerintahan seharusnya diarahkan untuk menyingkirkan ketidakseimbangan itu, demikian tutur pakar ekonomi IMF, Olivier Blanchard. "Ketika krisis ekonomi melanda dunia dan permintaan dari kalangan swasta ambruk, program konjunktur yang diterapkan oleh pemerintah berhasil menghindari situasi yang lebih buruk lagi. Itu tepat sekali. Namun sekarang permintaan konsumenlah yang harus menjadi penggerak pemulihan, karena kebanyakan masa berlaku program konjunktur sudah mau habis," tambah Olivier Blanchard.
Jadi, menurut Blanchard, demi pemulihan perekonomian dunia diperlukan peningkatan permintaan kalangan swasta dan investasi. Itu, tidak hanya dibutuhkan untuk mencari keseimbangan ekonomi dalam negeri, akan tetapi juga untuk mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar negara yang sekaligus adalah penghalang pemulihan ekonomi dunia. Agar tercapai keseimbangan antar negara, pemerintahan yang mengalami defisit ,seperti Amerika Serikat, seharusnya meningkatkan perdagangan ekspornya.
Blanchard menambahkan, dengan meningkatnya ekspor, akan menambah permintaan di dalam negeri. Sehingga ruang main pemerintah untuk memperkuat anggaran rumah tangganya yang mengalami defisit, akan lebih besar. Dan, negara yang dikenal memiliki kelebihan komoditi ekspor, terutama di Asia, supaya untuk selamanya tidak tergantung pada pertumbuhan perdagangan ekspornya, sebaiknya juga meningkatkan permintaan di dalam negerinya.
Dalam laporan terbarunya, IMF juga memaparkan seberapa besar kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar negara-negara itu. "Untuk negara industri kami prediksi sebuah pertumbuhan yang lemah. Sekitar 2,7 persen untuk tahun ini dan 2,2 persen untuk tahun mendatang,' kata Blanchard. Sedangkan bagi negara di ambang industri, IMF memperhitungkan sebuah pertumbuhan hingga 7,1 persen untuk tahun 2010 dan 6,4 persen untuk tahun 2011.
Sementara untuk Jerman, lembaga itu mengoreksi ramalan pertumbuhannya ke atas, demikian ungkap pemantau negara IMF, Jörg Decressin. Untuk tahun 2010 Jerman akan mengalami pertumbuhan 3,3 persen yaitu 1,9 persen lebih banyak daripada yang diprediksi sebelumnya. Dan untuk tahun 2011, Jerman akan mengalami pertumbuhan sekitar 2 persen, yaitu 0,5 persen lebih banyak daripada yang diperhitungkan sebelumnya.
Sedangkan Amerika Serikat diramalkan hanya akan mengalami pertumbuhan ekonomi sampai 2,6 persen untuk tahun 2010 dan 2,3 persen untuk tahun 2011. Dan juga disebutkan, bahwa angka pengangguran di AS tetap tinggi.