REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS--Presiden Syria, Bashar al-Assad, menuduh Israel melakukan tindakan yang bertentangan dengan usaha perdamaian antarnegara. Namun, upaya dunia Barat untuk membantu negosiasi keduanya terus berlanjut.
"Kondisinya tidak positif," kata Assad kepada wartawan setelah pertemuannya dengan Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, Senin (11/10).
Dunia Arab, tambah Assad, benar-benar menginginkan proses perdamaian. Namun, menurutnya, Israel ingin sebaliknya.
Assad merujuk pada gerakan AS dan Prancis untuk meluncurkan pembicaraan Syria-Israel yang terhenti pada tahun 2008 tanpa kesepakatan.
Syria telah menuntut penarikan total Israel dari Golan, sebuah dataran tinggi strategis yang diduduki Israel dalam Perang Timur Tengah 1967.
Pembicaraan tidak langsung sedang dimediasi oleh Turki. Saat ini, hubungan Turki dan Israel pun berada di titik yang rendah pascaserangan mematikan Israel terhadap kapal yang membawa aktivis bantuan Turki yang menuju Jalur Gaza. Dalam insiden itu korban warga sipil tewas terbanyak berasal dari Turki.
Assad bulan lalu bertemu dengan utusan AS, George Mitchell, yang mencoba menyelamatkan perundingan Israel-Palestina. Ia juga menemui Jean-Claude Cousseran, yang diangkat oleh Presiden Prancis Nicolas Sarkozy untuk menjajaki perbaikan hubungan Syria-Israel.
Tapi Israel yang ingin Syria menjauhkan diri dari Iran dan gerakan Syiah Lebanon Hizbullah, bersikeras untuk berbicara dengan Syria tanpa prasyarat.
Pembicaraan antara kedua negara pupus tahun 2000 setelah ayah Assad, almarhum Presiden Hafez al-Assad, menolak tawaran Israel mengembalikan seluruh dataran Golan.