REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Presiden Jerman Christian Wulff akan terbang ke Turki Senin ini (18/10). Dalam kunjungan empat harinya itu, ia khususnya akan berfokus pada isu kebebasan beragama.
Kunjungan ini sebenarnya telah direncanakan oleh pendahulunya, Horst Köhler. Dan mungkin sebenarnya perjalananan ini hanyalah satu dari sekian kunjungan resmi seorang presiden kalau saja perdebatan integrasi tidak tengah memanas dalam beberapa minggu terakhir. Hal yang turut dipermasalahkan khususnya pendatang asal Turki dan warga Jerman keturunan Turki. Presiden Jerman Christian Wulff sendiri lah yang menjadikan tema integrasi sebagai fokus utamanya.
Keberangkatan Wulf ke Turki berlangsung di tengah perdebatan panas di dalam tubuh Partai Konservatif CDU/CSU Integrasi di Jerman. Perdana Menteri negara bagian Bayern Horst Seehofer misalnya menolak imigran dari kelompok budaya lain. Sementara Kanselir Angela Merkel menyatakan wacana masyarakat 'multibudaya' telah mengalami kegagalan. Wulf yang menyebut Jerman sebagai negara republik warna-warni dan dengan satu kalimat dalam pidatonya membuatnya menjadi pusat perhatian, baik di Jerman mau pun Turki. "Islam adalah juga bagian dari Jerman," ujarnya saat itu.
Kalimat tersebut membuat empunya dihujani oleh kritik dari berbagai arah. Sebaliknya Presiden Turki Abdullah Gül membela kolega sejabatnya itu.
Kepada harian Jerman Süddeutschen Zeitung, Gül menandaskan siapapun yang membuka diri ke dunia harus siap untuk hidup dengan berbagai agama. Gül akan menyambut kedatangan Wulff di Ankara Senin ini (18/10) dan dijadwalkan akan menemai Wulff selama 1,5 hari dalam perjalanannya di Turki. Keduanya juga akan mengunjungi kampung halaman Gül di Kayseri.