Rabu 20 Oct 2010 22:22 WIB

Dephan Israel Bakal Blokir Facebook dan Twitter

Prajurit Israel
Foto: AP
Prajurit Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Departemen Pertahanan Israel berencana untuk memblokir situs-situs terkemuka, di antaranya jaringan sosial Facebook dan Twitter, serta situs-situs email seperti Gmail - seorang pejabat intelijen militer mengatakan kepada Channel 2, Selasa. Kepala korps intelijen keamanan informasi Gadi Abadi mengatakan pemblokiran akan dilakukan secara terbatas. "Hanya pada komputer yang memiliki koneksi internet di pangkalan-pangkalan militer dan kantor-kantor dimana informasi-informasi rahasia yang terklasifikasi disimpan," ujarnya.

Situs-situs itu, katanya, akan tetap bisa diakses. "Tapi dari ruang istirahat," ujarnya.

Abadi menjelaskan bahwa blokir tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan informasi. "Kami memberi tentara Israel banyak keistimewaan," katanya. "Mereka adalah prajurit yang baik yang sangat peduli tentang keamanan, tetapi mereka adalah manusia yang ketika berada di kantornya kadang memiliki risiko kebingungan dan kesalahan yang lebih tinggi. Bila Anda memisahkan lingkungan kerja dari lingkungan non-operasi, jumlah kesalahan menurun dengan tajam. "

Setelah Perang Lebanon Kedua pada tahun 2006,  Dephan membentuk unit khusus yang bertujuan untuk mencegah kebocoran informasi rahasia ke internet melalui jaringan sosial. Unit scan daftar situs web populer seperti Facebook, Twitter, dan MySpace terus bekerja mengamankan informasi.

Intelijen militer juga menyebarkan memo pada protokol transfer informasi online dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kebocoran tidak disengaja tersebut. Salah satu bunyi memo itu adalah "Jangan bagi-bagi hadiah kepada Hamas".

Memo itu muncul saat beberapa gambar dari informasi rahasia bisa diakses secara online di forum Hamas.  Foto-foto ini termasuk senjata IDF, latihan militer selama Cast Lead, foto-foto pejabat senior, foto pesawat tanpa awak, dan banyak lagi. Sebagian besar foto-foto ini diunggah ke jaringan sosial oleh tentara IDF. "Paparan informasi rahasia tersebut merusak unsur kejutan dan dapat menyebabkan serangan terhadap pasukan kami, " tambah Abadi.

sumber : Haaretz
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement