REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis mengalami hari ketujuh pemogokan, di tengah upaya pemerintah berjuang untuk mengatasi kekurangan bahan bakar yang disebabkan oleh pemogokan tenaga kerja. Pemogokan dilakukan oleh pekerja di penyulingan minyak, sopir pengangkut bahan bakar hingga petugas stasiun pengisian bahan bakar.
Kendati Kementrian Dalam Negeri telah menyatakan bahwa pasokan bahan bakar masih aman setidaknya untuk sepekan mendatang, namun di berbagai SPBU di kota-kota di Prancis pasokan bahan bakar menipis atau bahkan habis sama sekali. Sementara di beberapa kota demonstrasi berubah menjadi kekacauan dan penjarahan.
Bentrokan meletus antara pemuda pendemo dan polisi anti huru-hara di kota Lyon pada Selasa (19/10), sejumlah oknum memanfaatkan kekacauan dengan mencuri di toko-toko dan sementara para pendemo membakar ban dan mobil.
Pemerintah pun telah mengirimkan polisi untuk membuka akses jalan yang diblokir pendemo. Hingga saat ini depot bahan bakar masih dibarikade oleh anggota serikat buruh yang menentang perpanjangan waktu pensiun. Pemerintah Sarkozy berupaya menggolkan perpanjangan usia pensiun dari 60 tahun menjadi 62 tahun. Langkah ini diambil pemerintah untuk menyelamatkan dana pensiun dan serta tunjangan sosial lainnya.
Pekan ini Senat Prancis akan mengadakan pemungutan suara setelah Majelis rendah menggolkan aturan ini. Namun perlawanan serikat buruh terus berlangsung. Menteri Dalam Negeri Brice Hortefeux mengatakan tiga depot dibuka blokirnya meski pemerintah mengantisipasi meluasnya demo ke sektor publik lainnya.
Didukung oleh mayoritas rakyat Prancis, serikat pekerja berusaha memaksa Presiden Nicolas Sarkozy, yang semakin merosot popularitasnya untuk membatalkan aturan tersebut. Sarkozy akan menghadapi pemilu dalam 18 bulan mendatang dan masalah ini diperkirakan akan mempersulit langkah Sarkozy.