Jumat 22 Oct 2010 21:15 WIB

Moratorium Berakhir, 600 Rumah Baru Pemukim Israel Berdiri

Permukiman Yahudi di Tepi Barat
Permukiman Yahudi di Tepi Barat

REPUBLIKA.CO.ID,JERUSALEM--Aktivis organisasi nirlaba Peace Now mengatakan, menurut perkiraan mereka, pembangunan 600 hingga 700 rumah baru telah dimulai dalam sebulan terakhir. Dengan begitu, kelanjutan pembicaraan langsung antara Israel dan Palestina ini terancam gagal.

Israel sebelumnya telah menolak untuk memperpanjang moratorium, sementara Palestina mengatakan mereka tidak mau berunding jika pembangunan pemukiman terus dilakukan. Fakta yang diungkap oleh organisasi Peace Now, akan mempersulit semua usaha diplomatik, seperti yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat, untuk mencari solusi dari perundingan yang menemukan jalan buntu ini.

Tetapi tidak semua pihak bermasalah dengan sengketa pembangunan pemukiman di Tepi Barat ini. Sanja Lauderdale, seorang penduduk di pemukiman tersebut tampak lega, bahwa moratorium selama sepuluh bulan telah berakhir. "Kita harus meneruskan pembangunan bagi keamnan Israel dan kelanjutan sukses negara ini. Dan wilayah ini adalah bagian dari negara Israel," kata Hagit Ofran dari Peace Now.

Dani Dayan, ketua Dewan Yesha, yang mewakili para penduduk pemukiman, juga membenarkan bahwa kehidupan di Tepi Barat telah kembali normal. Ia mengatakan, setelah moratorium berakhir, pihak swasta dan kontraktor swasta yang telah memiliki ijin untuk membangun, bisa memutuskan sendiri apakah mereka akan melanjutkan pembangunan atau tidak.

Juru bicara pemerintahan otonomi Palestina Ghassan Khatib mengatakan kepada stasiun televisi Amerika Serikat CNN, bahwa laporan pembangunan pemukiman tersebut sangat mencemaskan. Ia berharap Amerika Serikat akan menambah tekanan terhadap Israel agar menghormati persyaratan dan legalitas internasional yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah proses perdamaian.

Hari Rabu lalu (20/10), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menegaskan, bahwa sikap negaranya akan pemukiman tersebut sudah jelas dan tidak berubah. 

Pakar sejarah Israel di Universitas Ibrani Yerusalem, Moshe Zimmermann, yakin bahwa semua usaha akan dilakukan untuk menyelamatkan perundingan perdamaian tersebut. "Ini bukan karena apa yang dibicarakan. Tetapi lebih mengenai fakta bahwa kedua pihak terus berbicara. Karena itu, semua pihak berharap agar pembicaraan terus berjalan, baik secara langsung mau pun tidak langsung. Selalu ada jalan untuk mencapainya. Apakah ini akan mencapai sebuah hasil atau tidak, adalah hal yang lain," ujarnya.

Pemukiman warga Yahudi di wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel adalah faktor yang paling dipermasalahkan dalam konflik kedua kubu ini. Sekitar 500 ribu warga Israel tinggal di lebih dari 120 pemukiman di Tepi Barat Yordan, termasuk Yerusalem Timur - kawasan yang diinginkan Palestina untuk menjadi bagian dari solusi dua negara mereka.

sumber : Deutsche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement