Sabtu 23 Oct 2010 01:58 WIB

Sssttt....Kode Kendali Nuklir AS Pernah Hilang Zaman Pemerintahan Clinton!

Bill Clinton
Bill Clinton

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Kode khusus yang memungkinkan presiden Amerika Serikat untuk memesan serangan nuklir hilang 'selama berbulan-bulan' selama pemerintahan Bill Clinton di Gedung Putih. Hal ini disampaikan mantan perwira militer AS dalam memoarnya.

Kode otorisasi nuklir, yang dikenal dengan kata sandi sebagai 'biskuit', seharusnya tetap dekat dengan presiden AS setiap saat dan dijaga oleh salah satu ajudannya. "Pada satu titik selama pemerintahan Clinton, kode benar-benar hilang selama berbulan-bulan," tulis mantan ketua Kepala Staf Gabungan, Hugh Shelton dalam memoarnya yang baru diterbitkan, Without Hesitation: The Odyssey of an American Warrior. "Ini adalah masalah besar, mahabesar bahkan," ujarnya.

Ajudan yang ditugaskan melakukan pekerjaan sensitif menjaga 'biskuit' itu mengaku  kehilangan jejak kode pada tahun 2000, kata pensiunan jenderal ini. Ketika seorang rekan dari Pentagon datang ke Gedung Putih untuk mengkonfirmasi kode sebagai bagian dari prosedur rutin bulanan, ajudan itu menghilang dan mengatakan Clinton memiliki kode dan sibuk dengan pertemuan mendesak.

"Ini betul-betul sebuah komedi kesalahan yang saya yakin tanpa sepengetahuan Presiden Clinton," kata Shelton. Sampai tiba saatnya untuk mengganti kode dengan set baru, yang dilakukan setiap empat bulan, kode itu tak juga ditemukan. 'Pada titik ini kita belajar bahwa ajudan tidak tahu mana yang lama, karena mereka telah hilang selama berbulan-bulan. Presiden tidak pernah memilikinya, tapi ia menganggap, aku yakin, bahwa ajudan telah bekerja seperti seharusnya," tambahnya.

Belajar dan "bencana" itu, Shelton bergegas ke kantor sekretaris pertahanan itu William Cohen, mengatakan, "Anda tidak akan percaya ini". Kemudian, prosedur berubah setelah insiden itu. "Tapi episode ini menunjukkan bahwa tidak ada sistem yang bisa sepenuhnya aman dari kesalahan manusia," tambah Shelton.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement