REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON--Kepala militer Selandia Baru mengakui pada Kamis, pasukan pertahanan 'sangat dipermalukan' setelah seorang ilmuwan tinggi dengan latar belakang yang mencurigakan dapat memperoleh izin keamanan tinggi.
Kepala dari Badan Pertahanan Teknologi Stephen Wilce mengundurkan diri bulan lalu setelah terbongkar kebohongannya yang pernah mengakui sebagai veteran marinir dan seorang pemain kereta luncur di Olimpiade, yang bertanding melawan tim 'Cool Runnings' dari Jamaika.
Menurut hasil penyelidikan pemerintah yang diedarkan pada Kamis (28/10) menemukan proses perekrutan yang menyebabkan penunjukan Wilce dinilai cacat dalam berbagai hal, menyebabkan tindakan untuk memperketat prosedur. "Beberapa keputusan bodoh telah dilakukan," kata kepala Pasukan Pertahanan Letnan Jenderal Jerry Mateparae kepada wartawan.
Wilce, yang lahir di Inggris, mengundurkan diri dari badan nasional yang menyediakan teknologi pendukung untuk militer Selandia Baru, setelah televisi komersial TV3 menyiarkan dugaan ia melebih-lebihkan masa lalunya dan membuat berbagai klaim hebat masa lalunya.
Masa lalu yang ia akui antara lain adalah veteran perang dan seorang peserta dari tim kereta luncur Inggris di Olimpiade Musim Dingin di Calgary pada 1988, dan mengakui melawan tim Jamaika yang menginspirasi film 1993, "Cool Runnings".
"Saya mengenal mereka semua," kata Wilce dalam satu cuplikan direkam oleh wartawan yang sedang menyamar. "Saya mengenal para pemain Jamaika... Gila, mereka semua gila," tambahnya. Acara '60 Minutes' yang disiarkan TV3 melaporkan bahwa tidak ada catatan Wilce pernah mengabdi sebagai marinir kerjaan Inggris atau pengalaman berperang dan tidak ada dalam tim kereta luncur Inggris pernah mendengar namanya.
Mantan atasan dan koleganya mengatakan dalam acara TV tersebut Wilce telah mengakui ia merancang sistem pemandu untuk rudal nuklir Inggris, Polaris, sistem mati yang diluncurkan 50 tahun lalu ketika Perang Dingin. Wilce memimpin 80 staf Badan Pertahanan Teknologi selama lima tahun.
Mateparae mengatakan bahwa proses penyaringan prosedur terbukti tidak efektif, kebanyakan dari kegagalan tersebut terletak pada Wilce. "Ia merepresentasikan sejarah kerja, karir militer, pencapaian, kualifikasi akademis dan sejumlah aktivitas dalam beberapa bidang lain yang tidak jujur maupun lengkap," tambahnya.
"Tidak hanya tindakan tersebut merusak reputasinya, hal tersebut telah merusak moral orang-orang yang ia pimpin di Badan Pertahanan Teknologi, dan juga merusak reputasi Pasukan Pertahanan Selandia Baru," katanya.
Mateparae mengatakan laporan tersebut, yang menemukan Wilce tidak akan menjadi ancaman keamanan negara, telah diteruskan kepada polisi untuk tindakan lanjutan bila diperlukan.