Jumat 29 Oct 2010 04:38 WIB

Inggris Protes Soal Ketatnya Pemeriksaan di Bandara AS

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Eropa memprotes kebijakan Amerika Serikat yang menerapkan langkah keamanan perjalanan udara yang tidak perlu dan terlalu mengganggu. Mereka menyerukan agar pemerintahan Obama memeriksa kembali kebijakan itu mulai dari pemeriksaan sinar X untuk sepatu hingga pemeriksaan online untuk warga Eropa.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah segala tetek bengek pemeriksaan itu cukup efektif untuk mengamankan penerbangan, dan betapa banyak waktu yang terbuang untuk pemeriksaan seperti ini. Otoritas penerbangan di Eropa juga menginginkan adanya evaluasi atas pemeriksaan keamanan yang telah diterapkan sejak peristiwa 9/11.

Inti dari masalah ini adalah pertanyaan setiap perjalanan tentang bagaimana tingkat keamanan yang cukup dan berapa banyak yang ditoleransi penundaan - dan apakah sudah waktunya untuk meninjau langkah-langkah keamanan yang telah terakumulasi di tahun-tahun sejak 9/11. Menangapi hal ini pihak Pemerintah AS mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan terus meninjau keamanan tindakan berdasarkan intelijen terbaru.

Perdebatan ini muncul sehari setelah pimpinan maskapai Inggri British Airways, Martin Broughton menyatakan pemeriksaan keamanan berulang di bandara benar-benar berlebihan. Penumpang melepas sepatu beberapa kali dan ada lagi pemeriksaan terpisah untuk komputer laptop. "Eropa tidak harus mengikuti Amerika setiap kali mereka menginginkan sesuatu untuk meningkatkan keamanan penerbangan menuju AS," kata Broughton.

Ia memenangkan dukungan dari pemilik bandara Heathrow dan serikat pilot Inggris, beberapa maskapai penerbangan Eropa dan pakar keamanan baik di Eropa maupun di Amerika. Sementara itu, Uni Eropa secara resmi menentang persyaratan AS bahwa jutaan wisatawan Eropa mesti menjalani pemeriksaan keamanan online sebelum mereka masuk ke dalam pesawat untuk penerbangan ke Amerika Serikat.

Eropa dipilih karena hanya mereka yang diizinkan untuk masuk Amerika Serikat tanpa visa. Uni Eropa berpendapat sistem tersebut memberatkan dan menimbulkan masalah privasi, misalnya soal berapa lama data pribadi warga Eropa tersebut disimpan dan digunakan. Berbicara pada konferensi tahunan Asosiasi Operator Bandara Inggris, Broughton meminta agar AS meninjau pemeriksaan itu.

"Amerika tidak melakukan banyak pengamanan internal dalam penerbangan domestik seperti apa yang mereka berlakukan untuk eksternal," kata Broughton dalam komentar yang dikutip oleh Financial Times.

"Kita harus menyatakan keberatan kita, bahwa kami hanya akan lakukan hal-hal yang kita anggap penting dan Anda anggap penting juga," tuturnya. Ia bersikukuh bahwa jika Amerika tidak melakukan pemeriksaan yangs ama untuk penerbangan domestik, sama dengan mereka tidak menganggap pemeriksaan itu penting.

Mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri Michael Chertoff mengatakan bahwa semua wisatawan domestik dan internasional di AS tunduk pada saturan yang sama, termasuk pemeriksaan sepatu, penyaringan laptop dan langkah-langkah keamanan lainnya. "Saya mengerti orang tidak suka menunggu di antrian, saya juga," kata Chertoff.

Tapi sampai ada teknologi yang memadai dan dapat diandalkan, sambungnya, lebih baik untuk beroperasi di dunia dengan sedikit ketidaknyamanan agar perjalanan penerbangan aman. Dalam sebuah pernyataan, Administrasi Keamanan Transportasi AS mengatakan mereka bekerja sama dengan mitra internasional untuk memastikan keamanan dan terus-menerus meninjau dan mengubah kebijakan berdasarkan perkembangan.

Para ahli dan maskapai penerbangan Eropa, termasuk Virgin Atlantic, Iberia dan Finnair, menyambut komentar Broughton, dengan mengatakan sudah saatnya untuk mengevaluasi kembali banyaknya lapisan keamanan di bandara yang memakan waktu. "Penting menjaga keselamatan penumpang, tapi ada juga sejumlah besar aturan keamanan yang dapat dikesampingkan," kata Chris Yates, seorang analis keamanan penerbangan di London.

Ia menilai pemeriksaan sepatu untuk mendeteksi logam sebenarnya tidak perlu dilakukan jika detektor logamnya tidak bisa berfungsi dengan baik. "Banyak pemeriksaan dilakukan cuma karena kebiasaan, bukan karena ada ancaman yang nyata," kata Todd Curtis, pakar keamanan airsafe.com yang berbasis di Seattle.

Menurut dia, sepatu menjadi obyek pemeriksaan karena dinilai dapat digunakan menyembunyikan peledak, namun ada banyak bahan yang bisa menjadi sumber peledak nyatanya tidak diperiksa sedetil sepatu. Ia mencontohkan laptop harus dikeluarkan dari tas untuk diperiksa, namun tidak komputer notebook, yang memiliki kapasitas lebih dari sepatu untuk membawa bahan peledak.

Menteri Penerbangan Inggris Theresa Villiers mengatakan pemerintah berencana untuk memberikan manajer bandara kebebasan lebih dalam menentukan bagaimana memenuhi standar keamanan. "Jika prosedur pemeriksaan sepatu dianggap berlebihan kita akan membatalkannya," katanya.

Colin Matthews, seorang eksekutif bandara Heathrow, mengatakan ada peraturan yang ditetapkan oleh otoritas Eropa dan Inggris, serta oleh Amerika Serikat, dan aturan itu seringkali tumpang tindih.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement